SILENT MAJORITY IBARAT MACAN OMPONG
Mantan presiden Amerika, Richard Nixon, menjuluki kelompok diam yang jumlahnya banyak ini dengan istilah “silent majority”; Jumlahnya besar sekali. Seandainya mereka bersuara, mereka bisa mengubah sejarah. Mereka bisa mendukung tokoh pembela kebenaran dan keadilan. Meruntuhkan diskriminasi. Namun karena diam, arah dan kebijakan bangsa akhirnya ditentukan oleh “vocal minority”; kelompok yang lebih sedikit jumlahnya, namun banter suaranya. Merekalah yang menguasai ruang diskusi publik. Pendapat mereka berbeda dengan mayoritas, namun karena vokal, dianggap mewakili suara semua orang.
Silent majority ada dimana-mana. Di masyarakat. Di pelbagai organisasi dan yayasan, baik organisasi pemerintah maupun keagamaan. Orang diam karena berbagai sebab. Ada yang memang tidak suka berpartisipasi. Ada yang bersikap “emangnya gue pikirin.” Sebagian lagi tidak berani bicara, karena takut salah, sungkan, atau sudah terlanjur disogok untuk diam. Sebagian keburu pesimis, "saya cuma punya satu suara, apa pengaruhnya?". Yang lain tidak berani menanggung resiko untuk menyuarakan ketidaksetujuan terhadap pendapat kelompok vocal minority. Dan alasan yang paling klasik adalah takut untuk keluar dari zona nyaman karena bersuara berbeda.