Sumber
: Sarinyala.id
Ada
sebuah hadits, yang menjelaskan salah satu keutamaan khusus orang yang berpuasa,
yaitu:
كُلُّ عَمَلِ
ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ
“Setiap
amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia, akan dilipatgandakan dengan
sepuluh kebaikan yang semisal, hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Azza Wa
Jalla berfirman (yang artinya): “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut
adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya.” HR. Imam Muslim.
Dalam
riwayat lain dikatakan :
قَالَ اللَّهُ
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ ، فَإِنَّهُ لِيْ
“Allah
Ta’ala berfirman (yang artinya), “Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali
puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku”, HR. Imam Bukhari.
Dalam
riwayat lain disebutkan:
قَالَ اللَّهُ
عَزَّ وَجَلَّ كُلُّ الْعَمَلِ كَفَّارَةٌ إِلاَّ الصَّوْمَ وَالصَّوْمُ لِى وَأَنَا
أَجْزِى بِهِ
"Allah
‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya) : “Setiap amalan adalah sbg
kafarah/tebusan, kecuali amalan puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku. Aku
sendiri yang akan membalasnya", HR. Imam Ahmad bin Hambal.
Jika
kita pahami hadits² diatas secara tekstual, tentu akan janggal. Bukankah semua
amal ibadah akan dibalas oleh Allah Swt ? Bukan hanya ibadah puasa. Shalat,
zakat, haji dan ibadah lainnya pasti akan dibalas oleh Allah Swt.
Dalam
hal puasa, Allah Swt memberikan pahala puasa tanpa ada batasnya. Dalam
menyebutkan nilai pahala yang akan diberikan kepada hamba-Nya, Allah Swt sering
menyebutkan berupa nominal seperti sepuluh kali lipat (QS. 6:160), tujuh ratus
ganda (QS. 2: 261), bahkan dengan ganjaran yang tak terhitung banyaknya (QS. 39:10).
مَن
جَآءَ بِٱلۡحَسَنَةِ فَلَهُۥ عَشۡرُ أَمۡثَالِهَاۖ وَمَن جَآءَ بِٱلسَّيِّئَةِ
فَلَا يُجۡزَىٰٓ إِلَّا مِثۡلَهَا وَهُمۡ لَا يُظۡلَمُونَ
“Barangsiapa membawa amal yang baik,
maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa
perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan
kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)”, Qs. Al
An’am (6): 160.
مَّثَلُ
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ
أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنۢبُلَةٖ مِّاْئَةُ حَبَّةٖۗ وَٱللَّهُ
يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan
oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.
Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha
Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”, Qs. Al Baqarah (2): 261.
قُلۡ
يَٰعِبَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمۡۚ لِلَّذِينَ أَحۡسَنُواْ فِي
هَٰذِهِ ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٞۗ وَأَرۡضُ ٱللَّهِ وَٰسِعَةٌۗ إِنَّمَا يُوَفَّى
ٱلصَّٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٖ
“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku
yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik
di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya
hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”,
Qs. Az Zumar (39): 10.
Namun
terhadap ibadah puasa, Allah Swt hanya menyebutkan dengan kalimat tak
terhingga. Ini sebuah bentuk penghormatan yang tinggi, yang diberikan langsung
oleh Allah Swt terhadap orang yang mengerjakan puasa. Karena selama berpuasa
berarti ia berusaha sabar untuk tidak memakan makanan yang halal, lebih² lagi
barang yang diharamkan.
Penghormatan
luar biasa diberikan Allah Swt, bukti untuk meyakinkan kepada orang² yang
beriman bahwa kewajiban puasa yang dibebankan kepada mereka adalah sebuah
penghargaan. Hal ini dapat dipahami dari hadits yang menjadi pembahasan dalam
uraian ini, “puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang akan membalas”.
Mengapa
redaksi hadis di atas seolah menegaskan bahwa hanya puasa yang Allah balas? Untuk
menjawab hal ini, perlu kita mengambil pendapat para ulama. Salah satunya,
menurut Syekhul Ulama Hasan bin Muhammad Al-Masyath rahimahullah. Beliau
merupakan salah satu Pengajar utama di Masjidil Al-Haram dan Madrasah As-Saulatiyyah
Makkah.
Hadits
tsb menunjukkan bahwa ibadah puasa lebih unggul dibanding ibadah lainnya, dengan
beberapa penjelasan berikut ini:
PERTAMA,
puasa adalah ibadah yang tidak terlihat secara gerakan, berbeda dengan ibadah
pada umumnya. Jika kita shalat, zakat ataupun haji, maka ibadah yang kita
lakukan pasti terlihat orang. Saat kita melakukan shalat, gerakan shalat kita
memperlihatkan kita sedang shalat. Saat sedang menunaikan zakat, orang lain
melihat kita melakukan zakat. Pun saat kita haji, orang lain melihat bagaimana
kita melakukan ibadah tsb.
Lain
halnya dengan berpuasa. Ketika seseorang berpuasa, tidak ada gerakan yang
menunjukkan kita sedang berpuasa. Contoh sederhananya begini, saat kita melihat
dua orang berdampingan duduk, mereka tidak minum atau makan. Satu sedang
berpuasa dan yang satunya tidak. Apa kita bisa menebak, mana yang puasa dan
mana yang tidak? Sulit, bukan?
Karena
ibadah puasa tidak terihat secara eksplisit oleh orang lain, maka sulit untuk
terjerumus dalam sifat pamer ibadah (riya’). Jika pun sengaja pamer puasa,
hanya mampu diungkapkan dalam kata² saja. “Saya sedang puasa. loh,” dengan
tujuan pamer, misalkan. Tidak bisa diungkapkan dalam sebuah gerakan. Berbeda dengan
ibadah² yang lainnya.
KEDUA,
puasa adalah ibadah yang mampu mengekang syahwat dengan sebab meninggalkan
makan dan minum. Sementara syahwat adalah pintu utama bagi syaitan. Hal ini
menjadikan puasa memiliki nilai lebih dibanding ibadah umumnya.
KETIGA,
hanya Allah Swt yang mengetahui bobot pahala ibadah puasa. Berbeda dengan
ibadah lainnya, pahalanya sudah diberitahukan penggandaan 10 sampai 700 kali
lipat, sampai yang Allah Swt kehendaki.
KEEMPAT,
balasan bagi orang yang berpuasa adalah berjumpa dan berbincang langsung dengan
Allah Swt di akhirat kelak, tanpa ada penghalang apapun. Sementara ibadah
selain puasa, pahalanya adalah surga. Tentu, berjumpa dengan Allah Swt adalah
nikmat paling agung, lebih agung daripada nikmat mendapat surga dan seisinya.
Imam
Ibnu Hajar Al-Asqalani menganalogikan ibadah puasa yang dibalas oleh Allah Swt,
dengan pemberian sebuah hadiah oleh pejabat tinggi, seperti presiden atau
pemberian seorang raja kepada rakyatnya. Seperti seorang Presiden atau Raja
bertitah, jika ada diantara warga negaranya yang dapat melaksanakan suatu
pekerjaan yang diperintahkan oleh presiden atau raja itu, maka beliau yang akan
memberi hadiah dan menyerahkan hadiah tsb secara langsung.
Penyerahan
hadiah oleh pejabat tinggi setingkat presiden atau raja kepada rakyatnya secara
langsung tanpa harus mewakilkan kepada pejabat di bawahnya, memiliki nilai
positif bagi penerimanya. Ia merasa mendapatkan penghormatan yang luar biasa,
dapat bertemu dengan orang yang terhormat, yang belum tentu dapat dirasakannya
oleh semua orang, hanya orang² tertentu saja yang mendapat kesempatan tsb.
Artinya, tidak semua orang mendapat kesempatan mulia itu.
Alasan
yang paling kuat adalah bahwa puasa tidak terkena riya' sebagaimana (amalan)
lainnya yang terkena riya. Imam Abu 'Abdullah Muhammad bin Ahmad berkata,
"Ketika amalan² yang lain dapat terserang penyakit riya’, maka puasa tidak
ada yang dapat mengetahui amalan tsb kecuali Allah, maka Allah Swt sandarkan
puasa kepada Diri-Nya."
Maksud
dari ungkapan ‘Aku yang akan membalasnya’, adalah bahwa pengetahuan tentang
kadar pahala dan pelipatan kebaikannya hanya Allah Swt yang mengetahuinya.
Selanjutnya, Imam Al-Qurtubi rahimahullah berkata: ‘Artinya bahwa amalan² telah
terlihat kadar pahalanya untuk manusia. Bahwa ia akan dilipatgandakan dari
sepuluh sampai tujuh ratus kali sampai sekehendak Allah kecuali puasa. Maka
Allah sendiri yang akan memberi pahala tanpa batasan’.
Oleh
karena itu dikatakan dalam hadits lainnya disebutkan bahwa ‘meninggalkan
syahwatnya karena diri-Ku.’ Imam Abdurrahman Abu Al-Faraj berkata, "Semua
ibadah terlihat amalannya. Dan sedikit sekali yang selamat dari godaan (yakni
terkadang bercampur dengan sedikit riya), berbeda dengan puasa."
Makna
ungkapan ‘Puasa untuk-Ku’, maksudnya adalah bahwa dia termasuk ibadah yang
paling Aku cintai dan paling mulia di sisi-Ku. Imam Abu Umar Yusuf bin Abdullah
berkata : "Cukuplah ungkapan ‘Puasa untuk-Ku’ menunjukkan keutamaannya
dibandingkan ibadah² lainnya."
Menurut
Prof Dr Sayyid KH. Muhammad Quraish Shihab MA, dalam tayangan Narasi yang
diunggah kanal Youtube Najwa Shihab pada 15 Mei 2018 yang lalu, saat
menjelaskan tentang makna hadits qudsi tsb di atas. Menurut beliau, setidaknya
ada dua makna:
PERTAMA,
melatih keikhlasan. Orang yang berpuasa, akan ditantang untuk berbuat ikhlas
hanya untuk Allah Swt, sebab orang yang berpuasa dengan tidak pun sama, sama²
terlihat tidak makan dan minum.
KEDUA,
makna bahwa puasa adalah untuk Allah Swt, maksudnya bahwa orang yang berpuasa
hendaknya meniru sifat² Tuhan, seperti tidak butuh makan, tidak butuh hubungan
sex pada siang hari, sifat ilmu yang artinya harus selalu belajar, dan
sifat-sifat Allah selainnya.
Keistimewaan
ini akan terlihat nanti di hari kiamat, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam
Abu Muhammad Sufyan bin Uyainah, "Ketika hari kiamat, Allah Swt akan
menghisab hamba-Nya. Dan mengembalikan tanggungan dari kezalimannya dari
seluruh amalnya. Sampai ketika tidak tersisa kecuali puasa, maka Allah yang
akan menanggung sisa kedhaliman dan dia dimasukkan surga karena puasanya."
Itulah
maksud hadits qudsi bahwa “puasa adalah untuk-Ku” sebagaimana disebutkan di
dalam hadits² di atas. Semoga penjelasan ini bisa bermanfaat bagi kita,
sehingga puasa kita menjadi puas yang berkualitas dan diterima oleh Allah Swt.
Ada
satu doa dalam kitab Tarikh Madinati Dimasyq, karya Abu Al-Qasim Al-Hafidh
Tsiqatuddin Ali bin Abi Muhammad Al-Husain,
اَللَّهُمَّ
تَقَبَّلْ مِنِّيْ صَوْمَ يَوْمٍ اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنِّيْ صَلاَةً اَللَّهُمَّ
تَقَبَّلْ مِنِّيْ حَسَنَةً اِنَّمَا يَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَ اْلمُتَّقِيْنَ
Allahumma
taqabbal minnii shouma yaumin. Allahumma taqabbal minnii sholaatan. Allahumma
taqabbal minnii hasanatan. Innamaa yataqabbalallaahu minal muttaqiin.
"Ya
Allah, terimalah dariku puasa hari ini. Ya Allah, terimalah shalat dariku. Ya Allah,
terimalah kebaikan² dariku. Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang² yang
bertakwa."
Wallahu
A'lam. Semoga bermanfaat !!
0 Comments:
Posting Komentar