Blog ini berisi tulisan orang lain. Sengaja saya kumpulkan disini agar bisa dibaca lagi di lain waktu, oleh saya dan oleh kita semua.
WHAT'S NEW?
Loading...

SILENT MAJORITY IBARAT MACAN OMPONG


Mantan presiden Amerika, Richard Nixon, menjuluki kelompok diam yang jumlahnya banyak ini dengan istilah “silent majority”; Jumlahnya besar sekali. Seandainya mereka bersuara, mereka bisa mengubah sejarah. Mereka bisa mendukung tokoh pembela kebenaran dan keadilan. Meruntuhkan diskriminasi. Namun karena diam, arah dan kebijakan bangsa akhirnya ditentukan oleh “vocal minority”; kelompok yang lebih sedikit jumlahnya, namun banter suaranya. Merekalah yang menguasai ruang diskusi publik. Pendapat mereka berbeda dengan mayoritas, namun karena vokal, dianggap mewakili suara semua orang.
Silent majority ada dimana-mana. Di masyarakat. Di pelbagai organisasi dan yayasan, baik organisasi pemerintah maupun keagamaan. Orang diam karena berbagai sebab. Ada yang memang tidak suka berpartisipasi. Ada yang bersikap “emangnya gue pikirin.” Sebagian lagi tidak berani bicara, karena takut salah, sungkan, atau sudah terlanjur disogok untuk diam. Sebagian keburu pesimis, "saya cuma punya satu suara, apa pengaruhnya?". Yang lain tidak berani menanggung resiko untuk menyuarakan ketidaksetujuan terhadap pendapat kelompok vocal minority. Dan alasan yang paling klasik adalah takut untuk keluar dari zona nyaman karena bersuara berbeda.

KONGGRES WANITA INDONESIA 1928


Pada tanggal 20-25 Desember 1928 di nDalem Joyodipuran, sekarang menjadi Kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya di Jl. Brigjend Katamso No. 139 Yogyakarta, diselenggarakan Kongres Wanita I. Terselenggaranya kongres merupakan momentum yang sangat penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, khususnya kaum perempuan. Kepanitiaan Kongres Wanita I beranggotakan para perempuan anggota dari berbagai organisasi, yakni:
• Ismudiyati (Wanita Oetama).
• Sunaryati (Perhimpunan Indonesia).
• Sukaptinah (Jong Islamieten Bond).
• Nyi Hajar Dewantara (Taman Siswa).
• R.A Soekonto (Wanita Oetomo).
• Siti Munji’ah (Aisyiyah).
• R.A. Hardjodiningrat (Wanita Katolik).
• Suyatien (Perhimpunan Indonesia).
• Siti Hayinah (Aisyiyah).
• B. Murjati (Jong Java).
Hasil keputusan Kongres Perempuan I, antara lain:
a) Mendirikan badan federasi bernama “Perserikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI).
b) Menerbitkan surat kabar yang redaksinya dipercayakan kepada Nyi Hadjar Dewantara, Nn. Hajinah, Ny. Ali Sastroamidjojo, Nn. Ismudiyati, Nn. Budiah, dan Nn. Sunaryati.
c) Mendirikan perkumpulan yang akan menolong gadis-gadis tidak mampu.
d) Memperkuat pendidikan kepanduan putri.
e) Mencegah perkawinan anak-anak.


dari : FB Budi Setiawan

Memoar Siti Fadilah di Rutan Pondok Bambu

Oleh: dr. Ni Nyoman Indira*

JAKARTA- “Nomor urut 65-70!” Teriak petugas RUTAN dari pintu masuk. Saya beserta rombongan langsung bersiap masuk dan mengantri untuk mendapatkan giliran di periksa. Hari ini hari Kamis, hari dimana keluarga menjenguk sanak saudaranya yang berada di dalam. Hari dimana saya dan kerabat-kerabat saya yang lain pun menjenguk ibu ideologis kami.



Hari itu terlihat ramai seperti biasanya. Dari kejauhan tampak ibu kami sudah duduk sambil tersenyum menyambut kami dari kejauhan. Saya tepat duduk disampingnya dan beliau langsung berkata “Eh aku nulis surat loh buat kamu.. Nanti dibaca ya!” Begitu pesannya.

Sedih Melihat Muslim dengan 'Toleransi' Over

Ini tulisan lama bung Felix Siauw. Saya lihat tertanggal 29 Oktober 2015. Rasanya tetap uptodate untuk kita jadikan sarapan pagi ini.
1. sedih saat melihat ada Muslim 'toleransi'nya over sama agama lain | tapi nyolotnya luar biasa saat berhadapan dengan sesama Muslim
2. perbedaan yang beda agama mati-matian dibela | yang sama Islam agamanya malah dihujat mati-matian
3. saat bicara kekurangan sesama Muslim dia sangat bangga | tapi saat ummat lain ada kekurangan malah dia yang minta memaklumi
4. sejelek-jeleknya Muslim, apabila dia sudah bersyahadat, dia saudara | adapun kekurangannya adalah tugas kita, membenahi dan menasihati
5. sebagus-bagusnya yang bukan Muslim, urusannya hanya di dunia | di akhirat kita tak bersama, di akhirat semua akan jadi sia-sia
6. apalagi hanya karena berbeda paham, lantas dianggap musuh | sungguh tak adil, harusnya sesama Muslim lebih layak ditolerir
7. hanya karena kita tak tumbuh jenggot, atau tak mau berjenggot | apakah harus menjelek-jelekkan yang ingin memelihara jenggot?
8. terlepas jenggot sunnah atau tak sunnah, mencela adalah adab buruk | yahudi dan nasrani berjenggot saja kita biarkan, ini sesama Muslim?
9. padahal akidahnya sama, rujukannya juga sama Al-Qur'an dan As-Sunnah | hanya karena beda yang boleh, seolah yang beda harus dipukul
10. dari situ kita mulai belajar menyemai benih-benih takabur | "dia wahabi aku ahlu-sunnah", "dia pelaku bid'ah aku di jalan sunnah"
11. padahal yang dikata wahabi juga meniti jalan ahlu-sunnah | padahal yang dituduh bid'ah juga berdasarkan sunnah
12. kita mulai meninggalkan "saling menyayangi diantara mereka" | yang kita kedepankan ego kelompok, atau malah ego dan agenda pribadi
13. coba ambil waktu sendiri, bertanyalah pada jiwa dengan tenang | "apakah sesama Muslim yang kita benci itu telah keluar dari Islam?"
14. padahal banyak yang justru jelas-jelas sesat berbeda aqidah | namun kita bungkam dan sering tertunduk mesra
15. saya sering duduk dengan yang dikata wahabi-salafi | ada yang saya tak sepakat, namun lebih banyak yang sepakat
16. guru-guru saya kebanyakan dari yang dikata ahlu-sunnah wal jamaah | alhamdulillah sampai sekarang masih banyak belajar dari mereka
17. selama mereka masih Muslim, ada hak yang harus kita penuhi | darahnya, hartanya, kehormatannya, haram bagi kita, harus kita bela
18. sederhana, karena saya pun tak tahu apakah saya menetapi jalan yang benar | yang saya tahu, saya berusaha terbaik di jalan yang benar
19. apalagi kelak di akhirat, saya ketahui saudara-saudara Muslim saya itu | yang kelak membela saya dihadapan Allah, sebab cinta mereka
20. masih banyak jalan yang harus ditempuh, kita perlu sahabat | masih banyak lawan yang menunggu, kita harus bersatu padu, semua Muslim
21. sudah tak perlu mengada-adakan perbedaan yang tidak ada | bijak dalam berbeda paham, selama dia Muslim, dia saudara
22. kita harusnya tahu, lebih banyak yang bisa kita selesaikan dengan makan bersama | ketimbang melempar ucapan berbisa nan menyakiti
Felix Siauw @felixsiauw


Selalulah Berbagi Manfaat

Saat berjumpa dengan tulisan yang saya pandang sangat bermanfaat, saya merasa sayang kalau dilewatkan begitu saja. Namun ketika mau menyimpan pun timbul kesulitan. Disimpan di hard-disk takut menjadi isi gudang saja. Dibuat hard-copy-nya, memerlukan printer dan kertas, nanti kerepotan juga merawatnya. Langsung saja dibagikan, khawatir diri sendiri malah tidak menyimpannya. Digabung dengan blog yang sudah ada, kok kurang pantas karena ini tulisan orang lain.

Akhirnya saya putuskan untuk membuat sebuah blog khusus yang isinya adalah tulisan-tulisan orang lain, namun sangat layak untuk disebarkan dan diambil manfaatnya oleh siapa saja. Memang cuma copy-paste namun manfaatnya sangat berharga. Disamping itu saya bisa membaca ulang dan membagikannya dimana saja dan kapan saja.

Saya namakan blog ini "Berbagi Manfaat" sesuai dengan semboyan hidup saya: khairunnas anfa'uhum lil nas, sebaik-baik manusia adalah yang banyak manfaatnya bagi orang lain. Selamat menikmati hasil copy-paste saya.