Blog ini berisi tulisan orang lain. Sengaja saya kumpulkan disini agar bisa dibaca lagi di lain waktu, oleh saya dan oleh kita semua.
WHAT'S NEW?
Loading...

APAPUN SEKOLAHNYA, YANG PENTING ORANG TUANYA



Oleh : Hilmi Firdausi

Sebagus atau semahal apapun sekolah anak-anak kita, sama sekali bukan jaminan untuk menghasilkan anak yang sholih dan sholihah, anak yang berakhlaqul karimah. Saya berkata seperti ini karena sudah hampir 15 tahun mengelola lembaga pendidikan, berinteraksi dengan banyak stakeholder pendidikan, bergaul dengan berbagai kalangan dari dunia pendidikan. Sehingga bisa mengambil sebuah kesimpulan, bahwa SEKOLAH TERBAIK ADALAH KELUARGA, terutama untuk anak-anak sampai dengan usia SD.

Adalah sebuah kemustahilan jika kita mengharapkan anak-anak kita "berakhlaq baik" sedangkan di rumah orang tuanya:
● sering bertengkar
● sering marah-marah
● sering berkata kasar

BERUMAH TANGGA ITU IBARAT NGOPI


Berumah tangga itu ibarat ngopi.
Takarannya gak melulu pas.
Kadang manisnya lebih terasa, suatu waktu pahitnya pun dominan.
Jangan kau hindari. Nikmati saja hingga suatu saat kau terbiasa.
Ketika rumah tanggamu sudah jadi candu bagimu, maka percayalah bahwa gak ada regukan yang lebih nikmat di luar sana.

Berumah tangga itu ibarat ngopi.
Harga kopi di kafe tentu beda dengan harga kopi di warung, meski rasanya sama.
Karena yg dibeli sebenarnya bukan semata-mata kopinya, melainkan suasananya.
Karena itu mahalkanlah suasana rumah tanggamu. Buatlah berkualitas setiap waktu kebersamaanmu.

Kisah Anak dan Ayahnya


Postingan ini adalah tentang apa yang terjadi di rumah tangga. Putranya tidak suka tinggal di rumah, karena ayahnya selalu ‘ngomel’; "Nak, kamu meninggalkan ruangan tanpa mematikan kipas angin."
“Matikan TV. Jangan biarkan menyala di ruangan di mana tidak ada siapa-siapa menontonnya".
“Simpan pena di tempatnya, itu jatuh ke bawah meja”.
Putranya tidak suka ayahnya mengomelinya untuk hal-hal kecil ini. Tapi dia harus mentoleransi hal-hal ini sejak kecil, ketika dia bersama keluarganya di rumah yang sama.
Datanglah hari ini, dimana dia mendapat undangan untuk wawancara kerja... Dia membatin dalam hatinya, “Begitu saya mendapatkan pekerjaan itu, saya akan meninggalkan kota ini. Tidak akan ada lagi omelan dari ayah saya..”
Begitulah pikirannya.