Blog ini berisi tulisan orang lain. Sengaja saya kumpulkan disini agar bisa dibaca lagi di lain waktu, oleh saya dan oleh kita semua.
WHAT'S NEW?
Loading...

CINCIN NABI SULAIMAN: SEGALANYA AKAN BERLALU


Oleh : Alfathri Adlin

GAM ZEH YA‘AVOR

Ini Juga Akan Berlalu


: : :


[1]

Suatu pagi, Sulaiman muda melihat juru rupa yang bekerja untuk Istana Raja Daud berjalan keluar dari istana dengan wajah yang tampak putus asa dan murung. Merasa penasaran, Sulaiman pun bertanya kepada juru rupa tersebut, “Paman, apa gerangan yang telah membuatmu berputus asa dan tampak begitu murung?” 

Juru rupa itu menjawab, “Aku harus memberikan solusi bagi Raja Daud dalam waktu tujuh hari. Jika tidak, maka aku akan digantikan oleh orang lain yang mengambil alih pekerjaanku. Aku benar-benar bingung karena tidak mempunyai solusi untuk permintaan Raja Daud.”

“Solusi apakah gerangan yang sedang dicari Raja?” tanya Sulaiman penasaran. 

Sang juru rupa pun bertutur, “Aku harus membuat cincin dengan sebuah tulisan di atasnya yang akan membantu Raja Daud untuk tidak menjadi terlalu bahagia sehingga melupakan kebenaran Ilahi pada saat-saat tersebut. Pada waktu yang sama, tulisan itu pun harus membantu Raja Daud untuk tidak terlalu berduka manakala ia menghadapi kegagalan dan keputusasaan.”

Mendengar hal itu, Sulaiman pun memberi usulan, “Paman, tuliskan saja 'Gam Zeh Ya‘avor' (Ini Juga Akan Berlalu) di atas cincin tersebut.”


: : :


[2]

Sulaiman adalah putra Nabi Daud, sang Raja Yudea. Pernah suatu ketika, Tuhan hadir di hadapan Sulaiman dan bertanya ‘apa yang dia inginkan’; Sulaiman tidak meminta kekayaan atau kekuasaan. Yang dimintanya adalah kebijaksanaan untuk memahami dan memilah antara yang baik dari yang buruk. Tuhan pun mengabulkan apa yang diinginkan oleh Sulaiman.

Itulah awal mulanya, hingga saat menggantikan ayahnya sebagai Raja Yudea, Sulaiman menjadi raja paling bijaksana dan dikenal ke berbagai negeri. Mendengar hal itu, Raja Mesir pun datang untuk menguji Sulaiman. 

Raja Mesir tersebut mengajukan teka-teki sederhana kepada Raja Sulaiman, dan jika dia bisa menjawabnya, maka Raja Mesir pun akan menikahkan putrinya dengan Sulaiman. Teka-teki itu adalah sebagai berikut:

“Apa yang bisa engkau katakan kepada seorang manusia yang tengah bersuka cita menjadi bersedih hati, namun juga akan membuat manusia yang tengah bersedih hati menjadi bersuka cita?”

Sulaiman pun menjawab, “Gam Zeh Ya‘avor” (Ini Juga Akan Berlalu).

: : :

[3]

Pada suatu hari, Sulaiman memutuskan untuk mendidik Benaiah bin Yehoyada, menteri yang paling dipercayainya. Sulaiman berkata kepadanya, “Benaiah, ada suatu cincin yang aku ingin kau bawakan untukku. Aku ingin memakai cincin itu saat Sukkot. Berarti ada waktu bagimu sekitar enam bulan untuk menemukan cincin itu.”

“Apabila cincin itu berada di suatu tempat di bumi ini, Yang Mulia," jawab Benaiah, "maka Aku akan mencari, menemukan, dan membawakannya untukmu. Akan tetapi apa gerangan yang membuat cincin tersebut menjadi begitu istimewa?”

“Cincin ini memiliki kekuatan ajaib,” jawab Raja Sulaiman. “Apabila seseorang yang tengah bersuka cita melihat cincin tersebut, maka ia akan menjadi berduka cita. Begitu pula jika seseorang yang tengah berduka cita melihat cincin itu, maka ia akan menjadi bersuka cita." 

Melalui permintaannya tersebut, Raja Sulaiman sebenarnya ingin mengajari kerendahan hati kepada Benaiah.

Musim semi pun berlalu dan berganti musim panas, namun Benaiah masih tidak tahu di mana gerangan ia bisa menemukan cincin tersebut. Pada malam sebelum Sukkot, dia memutuskan untuk berjalan-jalan di salah satu pemukiman di Yerusalem. 

Ia pun melewati seorang pedagang yang sudah mulai menyiapkan lapaknya di hari itu dengan barang-barang dagangannya di atas karpet lusuh. Melihat berbagai barang dagangan tersebut, Benaiah pun bertanya tanpa banyak berharap, “Pernahkah engkau mendengar cerita ihwal sebuah cincin ajaib yang bisa membuat pemakainya tatkala tengah berbahagia jadi ‘melupakan’ suka citanya, namun juga bisa membuat pemakainya yang tengah berduka cita ‘melupakan’ kesedihannya?”

Benaiah melihat bagaimana kakek tersebut mengambil sebuah cincin polos dari karpetnya lalu mengukir sesuatu di atasnya. Ketika Benaiah membaca kata-kata di atas cincin tersebut, senyum lebar pun mengembang di wajahnya.

Malam berikutnya, seluruh Yudea menyambut hari raya Sukkot dengan meriah.

“Nah, sahabatku,” kata Raja Sulaiman, “apakah engkau telah menemukan sesuatu yang menjadi alasanku mengutusmu?”

Benaiah pun memberikan sebuah cincin sembari berkata, “Ini dia, Yang Mulia.” 

Kemudian Sulaiman membaca tulisan di atas cincin itu. Rupanya kakek pedagang itu telah menuliskan tiga kata Ibrani pada cincin emas tersebut, “gimel, zayin, yud,” yang membentuk kata “Gam Zeh Ya‘avor” (Ini Juga Akan Berlalu).

Sulaiman tersenyum dan menjelaskan bahwa kata-kata di atas cincin itu menandaskan bahwa semua kekayaan yang melimpah ruah serta kekuasaan yang dimilikinya kini hanyalah sementara, karena suatu hari nanti tidak akan menjadi apa-apa selain debu.

لِّكَيْلَا تَأْسَوْا عَلٰى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَآ اٰتٰىكُمْ ۗ    وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍۙ

“Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS Al-Hadîd [57]: 23)


SKRIPSI ADALAH TENTANG ATTITUDE



Oleh : Arif Rahutomo

 

Setelah lulus, saya pernah ngobrol dengan beberapa dosen. Perbincangan kami akhirnya sampai kepada tema "skripsi". Saya nanya, "sebenarnya, apa sih yang menjadi penekanan utama membuat skripsi, dalam pandangan mereka?" ... Ternyata di luar dugaan saya jawabannya ...

Kebanyakan menjawab, bahwa sebenarnya, para dosen tidak terlalu fokus pada kualitas sempurna sebuah skripsi. Yang mereka lebih lihat adalah attitude atau sikap. Misalnya beberapa hal ini:

1) Bagaimana komunikasi mahasiswa saat menghadap dosen.

2) Bagaimana mahasiswa siap memperbaiki diri. Ini nampak dari ketika skripsi dicorat-coret.

3) Bagaimana tekad untuk selesai. Setelah dicorat-coret, berapa lama mereka maju kembali ke dosen.

4) Bagaimana kesabaran mahasiswa. Akan nampak saat mereka mengalami kesulitan, menunggu berjam-jam, hanya sekedar untuk ketemu dosen pembimbing skripsi.

5) Dan sebagainya.


Nah seringkali yang terjadi. Mahasiswa itu malas, suka menunda-nunda. Dicorat-coret, eh revisinya jeda sebulan, dua bulan. Baru nongol lagi. Dari situ nampak, mereka gak serius mau cepet lulus. Lha kalo begitu, ngapain dibantu tho? Ya udah gak usah diprioritaskan. Tapi kalo skripsi dicorat-coret, kemudian cepet maju lagi menghadap. Ini ciri semangat, rajin, optimis, serius, focus, dan banyak attitude lainnya.

Lho, terus soal kualitas skripsinya bagaimana? ... Itu nomer kesekian ternyata. Sekali lagi, para dosen tidak terlalu dominan berharap kualitas sempurna. Karena faktanya, setelah seseorang lulus S2 baru dia paham bagaimana bikin skripsi yang baik. Setelah lulus S3 baru mereka ngerti bagaimana cara membuat thesis yang berkualitas. Nah kalo begitu, ya maklum lah kalo mahasiwa S1 mampunya cuman segitu, tidak bisa sempurna 100 persen. Asal gak parah banget mirip kliping aja sih, itu bisa dimaklumi wkkkk ...

Jadi simplenya ya ... Bagi anda yang kuliahnya lama banget, enggak lulus-lulus. Jangan membebani diri anda, dengan segala keruwetan berpikir. Para dosen, hanya ingin melihat attitude anda. Soal kualitas? Itu bonus sampingan, yang utama adalah attitude anda baik.

Sejak 2005, saya dikasih tahu. Bahwa, sukses itu 10 persennya adalah teknikal skill atau kemampuan teknis ... Lalu yang 90 persen apa? Yang 90 persen adalah IMPIAN plus SIKAP. IMPIAN bicara soal WHY, alasan (reason), mengapa saya butuh melakukan? mengapa saya butuh mengupayakan? mengapa saya butuh mencapai sesuatu hal ini? Nah lihat juga, komposisi 90 persen itu bukan hanya soal cita-cita / impian, tapi juga ada komponen SIKAP / ATTITUDE. Banyak orang gak sukses, sulit sukses, atau suksesnya gak berkelanjutan (cuman sesaat), adalah karena attitude yang jelek.

Emang saya kuliah berapa tahun sih kok berani bikin status begini? ... Saya adalah peraih Indeks Prestasi Tertinggi (3,6), dengan masa studi terlama, 16 semester alias 8 tahun 1 bulan wakakakakkk ... Saat kuliah, saya bagus di achievement akademik ... Beberapa kali semester, IP saya tertinggi satu angkatan (nomer 1 dari 140 mahasiswa, i am the best) ... Namun, saat bikin skripsi, saya jelek di attitude ...

Menjelang tanggal batas vonis DO dari kampus ... Saya menyelesaikan skripsi saya hanya 1 bulan ... Ya, anda gak salah baca, hanya 1 bulan ... 1 bulan ini terhitung dari analisa data sampai selesai, tidak menghitung dari judul sampai penelitan lapangan lho yaaa ... Nah sejak pasca turun lapangan, skripsi saya mangkrak bertahun-tahun ... Di saat-saat terakhir, saya menggarap, skripsi, sehari bisa menghadap dosen, 2 x ... Dicorat coret pagi, pulang ... Revisi ... Print ... Bendel lagi ... Sore menghadap lagi ... Cepat cepat cepat ... Nah, ternyata bukan kualitas yang dilihat ... Tapi ATTITUDE ... Dan akhirnya saya lulus ha ha ha ha ...

PEMBELAJARAN SESUNGGUHNYA DALAM MEMBUAT SKRIPSI ... IS NOT IN THE RESULT ... IT'S IN THE PROCESS ...

Apabila ada seseorang merasa hebat? Sudah punya cita-cita ... Impiannya dahsyat ... Cerdas ... Jenius ... Tapi kok enggak sukses-sukses? ... Cek sekali lagi, mungkin attitudenya enggak oke. Karena sepertinya, sistem kehidupan lebih berpihak, kepada mereka yang bagus di attitude ...