Oleh : Arif Rahutomo
Setelah lulus, saya pernah ngobrol dengan beberapa dosen.
Perbincangan kami akhirnya sampai kepada tema "skripsi". Saya nanya,
"sebenarnya, apa sih yang menjadi penekanan utama membuat skripsi, dalam
pandangan mereka?" ... Ternyata di luar dugaan saya jawabannya ...
Kebanyakan menjawab, bahwa sebenarnya, para dosen tidak
terlalu fokus pada kualitas
sempurna sebuah skripsi. Yang mereka lebih lihat adalah attitude atau sikap.
Misalnya beberapa hal ini:
1) Bagaimana komunikasi mahasiswa saat menghadap dosen.
2) Bagaimana mahasiswa siap memperbaiki diri. Ini nampak
dari ketika skripsi dicorat-coret.
3) Bagaimana tekad untuk selesai. Setelah dicorat-coret,
berapa lama mereka maju kembali ke dosen.
4) Bagaimana kesabaran mahasiswa. Akan nampak saat mereka
mengalami kesulitan, menunggu berjam-jam, hanya sekedar untuk ketemu dosen
pembimbing skripsi.
5) Dan sebagainya.
Nah seringkali yang terjadi. Mahasiswa itu malas, suka
menunda-nunda. Dicorat-coret, eh revisinya jeda sebulan, dua bulan. Baru nongol
lagi. Dari situ nampak, mereka gak serius mau cepet lulus. Lha kalo begitu,
ngapain dibantu tho? Ya udah gak usah diprioritaskan. Tapi kalo skripsi
dicorat-coret, kemudian cepet maju lagi menghadap. Ini ciri semangat, rajin,
optimis, serius, focus, dan banyak attitude lainnya.
Lho, terus soal kualitas skripsinya bagaimana? ... Itu nomer
kesekian ternyata. Sekali lagi, para dosen tidak terlalu dominan berharap
kualitas sempurna. Karena faktanya, setelah seseorang lulus S2 baru dia paham
bagaimana bikin skripsi yang baik. Setelah lulus S3 baru mereka ngerti
bagaimana cara membuat thesis yang berkualitas. Nah kalo begitu, ya maklum lah
kalo mahasiwa S1 mampunya cuman segitu, tidak bisa sempurna 100 persen. Asal
gak parah banget mirip kliping aja sih, itu bisa dimaklumi wkkkk ...
Jadi simplenya ya ... Bagi anda yang kuliahnya lama banget,
enggak lulus-lulus. Jangan membebani diri anda, dengan segala keruwetan
berpikir. Para dosen, hanya ingin melihat attitude anda. Soal kualitas? Itu
bonus sampingan, yang utama adalah attitude anda baik.
Sejak 2005, saya dikasih tahu. Bahwa, sukses itu 10
persennya adalah teknikal skill atau kemampuan teknis ... Lalu yang 90 persen
apa? Yang 90 persen adalah IMPIAN plus SIKAP. IMPIAN bicara soal WHY, alasan
(reason), mengapa saya butuh melakukan? mengapa saya butuh mengupayakan?
mengapa saya butuh mencapai sesuatu hal ini? Nah lihat juga, komposisi 90
persen itu bukan hanya soal cita-cita / impian, tapi juga ada komponen SIKAP /
ATTITUDE. Banyak orang gak sukses, sulit sukses, atau suksesnya gak
berkelanjutan (cuman sesaat), adalah karena attitude yang jelek.
Emang saya kuliah berapa tahun sih kok berani bikin status
begini? ... Saya adalah peraih Indeks Prestasi Tertinggi (3,6), dengan masa
studi terlama, 16 semester alias 8 tahun 1 bulan wakakakakkk ... Saat kuliah,
saya bagus di achievement akademik ... Beberapa kali semester, IP saya
tertinggi satu angkatan (nomer 1 dari 140 mahasiswa, i am the best) ... Namun,
saat bikin skripsi, saya jelek di attitude ...
Menjelang tanggal batas vonis DO dari kampus ... Saya
menyelesaikan skripsi saya hanya 1 bulan ... Ya, anda gak salah baca, hanya 1
bulan ... 1 bulan ini terhitung dari analisa data sampai selesai, tidak
menghitung dari judul sampai penelitan lapangan lho yaaa ... Nah sejak pasca
turun lapangan, skripsi saya mangkrak bertahun-tahun ... Di saat-saat terakhir,
saya menggarap, skripsi, sehari bisa menghadap dosen, 2 x ... Dicorat coret
pagi, pulang ... Revisi ... Print ... Bendel lagi ... Sore menghadap lagi ...
Cepat cepat cepat ... Nah, ternyata bukan kualitas yang dilihat ... Tapi
ATTITUDE ... Dan akhirnya saya lulus ha ha ha ha ...
PEMBELAJARAN SESUNGGUHNYA DALAM MEMBUAT SKRIPSI ... IS NOT
IN THE RESULT ... IT'S IN THE PROCESS ...
Apabila ada seseorang merasa hebat? Sudah punya cita-cita
... Impiannya dahsyat ... Cerdas ... Jenius ... Tapi kok enggak sukses-sukses?
... Cek sekali lagi, mungkin attitudenya enggak oke. Karena sepertinya, sistem
kehidupan lebih berpihak, kepada mereka yang bagus di attitude ...
0 Comments:
Posting Komentar