Oleh : Alfaqir M Ahmad Z
Di dunia ini tak ada kepastian yang lebih niscaya melebihi kematian! Kita yakin itu tetapi gemerlapnya dunia menyilaukan mata qolbu, membuat kita, bahkan tersesat. Padahal seluruh angan dan ambisi manusia hanya akan dibatasi satu kata “AJAL“. Selanjutnya sikap diri kita sendirilah terhadap dunia ini yang akan menentukan status liang kuburnya, apakah menjadi sepetak taman surga??? Atau justru menjelma menjadi sepercik api neraka??? Itu terserah pilihan kita sendiri.
Mati Itu Pasti! Husnul Khatimah Itu Pilihan Terbaik.
Kesadaran penuh akan datangnya kematian disertai sikap yang benar dalam menyambutnya dengan mengisi amal shalih adalah kunci kebahagian hidup di akherat. Sebuah negeri yang tak pernah mati. Kita ini memang mengherankan. Membangun kehidupan dunia, padahal akan kita tinggalkan. Merobohkan banguna akhirat, padahal disitu kita akan tinggal selamanya.
Segalanya kita kerahkan untuk meraup sekeping kenikmatan dunia – yang tak lebih dari sekedar air yang menetes dari jari yang baru saja diangkat dari samudra, bila dibandingkan samudera itu sendiri. Padahal dunia adalah fatamorgana. Dibawah bayang-bayang fatamorgana itulah, kita semua bernaung menanti ditiupnya peluit kematian. Maka dari sekarang, tentukan nasib kita setelah kematian, apakah ajal kita menjadi proses membahagiakan bernama KHUSNUL KHATIMAH atau tragedi memilukan – sekaligus mengerikan bernama SU’UL KHATIMAH.
Kita jangan takut mati, jangan mencari mati, jangan juga lupakan kematian! Tapi rindukan mati yang indah. Karena kematian adalah pintu berjumpa dengan Allah ta’ala,
Al mautu Babun Kullunnasy dakhilu.
Artinya: maut itu adalah pintu dan setiap manusia akan memasukinya.
Kanjeng Nabi SAW bersabda: Kafaa Bil Mauuti Wa izoh.
CUKUPLAH KEMATIAN SEBAGAI PELAJARAN/PERINGATAN!!! (HR. Ath-Thabrani)
Walaupun kubur menangis mengenangkan nasib manusia, namun sayangnya manusia sendiri terus bergelut dalam tawa, seolah mereka tidak akan bertemu dengan kubur. Alangkah bahagianya jika manusia senantiasa mengingat kubur yang tidak pernah melupakan manusia. Ketika jenazah anak cucu Adam dibaringkan di dalam kubur, lantas kubur bertanya:
"Wahai anak cucu Adam. Tidakah kamu tahu bahwa aku adalah tempat manusia bersendiri tanpa teman. Tidakkah kamu tahu bahwa aku adalah rumah yang gelap-gulita, dan tidakkah kamu tahu bahwa aku adalah rumah yang haq (yaitu rumah yang pasti dihuni oleh keturunan Adam)”.
“Wahai anak cucu Adam, apakah yang telah memperdayakan engkau sehingga melupakan aku?"
Kalaulah manusia sentiasa sadar bahwa kubur adalah tempat yang gelap, tentulah mereka datang dengan membawa obor dari amal sholeh mereka yang senantiasa bersinar. Malangnya, banyak manusia yang datang dengan tangan hampa tanpa perbekalan.
Kamu jangan tertipu kerana tenangnya dan diamnya kubur-kubur itu, maka alangkah banyaknya orang yang sudah bingung didalamnya. Jangan tertipu kerana ratanya kubur ini, maka alangkah jauh berbeda antara yang satu dengan yang lain didalamnya. Maka seharusnya orang yang berakal memperbanyak ingat pada kubur sebelum masuk kedalamnya.
“Mereka yang banyak mengingat kematian, dan mereka yang banyak mempersiapkan bekal untuknya. Itulah manusia yang paling cerdik. Mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan keutamaan akhirat”, HR. At Thabrani dan dihasankan oleh Imam Al Mundziri.
Semoga bermanfaat.
0 Comments:
Posting Komentar