Oleh : Arianto Mulyadi
Diakui
atau tidak aksara Jawa merupakan alfabet paling unik di dunia ini. Ditinjau
dari jumlah terdiri dari 20 jenis huruf yang melambangkan 20 jari manusia.
Jari
merupakan alat hitung manusia yang paling sederhana dan hal ini melambangkan
bahwa dalam menjalani kehidupannya orang Jawa selalu menggunakan perhitungan
yang matang sebelum melangkah.
Deretan
ke 20 aksara Jawa tersebut yaitu:
Ha Na Ca Ra Ka
Da Ta Sa Wa La
Pa Dha Ja Ya Nya
Ma Ga Ba Tha Nga
Entah
kebetulan atau disengaja, deretan huruf di atas ternyata bukan deretan huruf
tanpa makna tetapi membentuk 4 kalimat yang mengandung filosofi luar biasa,
yaitu: Melambangkan perjalanan hidup
manusia.
Ha-na-ca-ra-ka
Jika
dibaca Hana Caraka akan bermakna ”Ada utusan". Siapa yang dimaksud dengan utusan
tersebut...? Tidak lain adalah "manusia".
Berbeda
dengan pendapat umum bahwa utusan Tuhan hanya terbatas para Nabi/Rasul saja,
bagi orang Jawa setiap manusia adalah utusan Tuhan. Setiap manusia berkewajiban hamemayu
hayuning bawana, menjaga kelestarian alam,
memakmurkan bumi, menciptakan kedamaian dan keselamatan di alam dunia.
Da-ta-sa-wa-la
Jika
dibaca Dat-a-suwala akan bermakna ”Dzat yang tidak boleh dibantah”. Siapa
yang dimaksud...? Tidak lain adalah "Tuhan Yang Maha Esa".
Tuhan
adalah Dzat yang tidak boleh dibantah oleh manusia yang menjadi utusan-Nya. Sehebat
apa pun manusia di bumi ini tidak ada yang mampu menandingi kekuasaan Tuhan. Sekali
lagi manusia hanya bersifat sebagai utusan bukan penguasa. Oleh karena itu
wajib untuk tunduk terhadap aturan yang sudah ditetapkan oleh Sang Pengutus
yang sering disebut dengan istilah ”kodrat/hukum karma”.
Pa-dha-ja-ya-nya
Jika
dibaca Padha Jayané akan
bermakna ”sama-sama unggulnya”. Siapa yang sama unggulnya...? Yaitu
"jasmani dan rohani".
Dalam
menjalankan perannya sebagai utusan Tuhan, manusia wajib menjaga keseimbangan
antara urusan jasmani dan rohani. Seorang manusia tidak dibenarkan berkarya
tanpa dilandasi niat Ibadah karena bekerja dengan cara tersebut hanya
melahirkan keserakahan yang membuatnya keluar dari tujuan hidup yang
sebenarnya.
Sebaliknya
manusia juga tidak dibenarkan melakukan sembahyang saja tanpa disertai bekerja. Orang yang melakukan sembahyang
tanpa kerja sesungguhnya termasuk golongan egois. Dia hanya mementingkan diri
sendiri, dengan harapan ingin masuk surga tetapi tidak peduli dengan lingkungan
sekitarnya termasuk keberadaan tubuhnya.
Seorang
manusia yang baik adalah dia yang bisa bekerja dengan dilandasi semangat ibadah
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Yang lebih menarik orang Jawa dalam beribadah tidak
mengharapkan pahala karena semboyan hidup mereka adalah "narima ing
pandum". Menerima
pemberian-Nya sekali lagi ”menerima” bukan ”mengharapkan”.

Merupakan
singkatan dari Sukma-Raga-Bathang yang bermakna "Roh-Tubuh-Bangkai”. Maksudnya
adalah kalimat ini merupakan akhir dari perjalanan manusia sebagai utusan Tuhan
di bumi.
Jika
roh meninggalkan tubuh maka yang tersisa hanya tinggal bangkainya saja. Dalam
keadaan ini manusia sudah tidak lagi disebut manusia karena eksistensinya telah
berakhir. Kalimat
terakhir ini mengingatkan manusia agar tidak terlalu membanggakan dirinya
karena jika Sang Roh pergi meninggalkan tubuhnya maka yang tersisa hanya
tinggal bangkai saja.
Kalimat
ini juga mengingatkan manusia bahwa tubuh hanyalah kendaraan bagi Sang
Roh dalam menjalankan perannya sebagai utusan Tuhan. Tanpa roh raga hanyalah
bangkai yang tidak berarti.
0 Comments:
Posting Komentar