Blog ini berisi tulisan orang lain. Sengaja saya kumpulkan disini agar bisa dibaca lagi di lain waktu, oleh saya dan oleh kita semua.
WHAT'S NEW?
Loading...

TURUNKAN STANDAR: CARA MUDAH MENGGAPAI BAHAGIA



Dari Wall Aslam Askarullah

Ujung dari semua usaha yang manusia lakukan di dunia ini adalah mencari kebahagiaan. Berbagai target, tujuan, goal atau apalah namanya ketika dicari pangkalnya selalu berujung, agar bahagia.

Mengapa orang berharap memiliki banyak harta? Mengapa orang berharap popularitas? Mengapa orang berharap kedudukan? Karena mereka ingin bahagia.

Bahkan, yang orientasinya tak berakhir sependek dunia ini pun ujungnya mencari bahagia.

Saya mencari ridho Allah. Oke, mengapa anda berharap ridho Allah? Karena ingin bahagia di kehidupan akherat bukan?

Pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana menjadi pribadi yang selalu bahagia? Padahal harapan kita tak selalu terwujud, dan itu kerap kali membuat kita sedih.


Professor Sonja Lyubomirsky menulis sebuah buku hasil risetnya mengenai kebahagian dan memberi banyak tips untuk menjadi pribadi yang bahagia. Bukunya bertajuk, The How of Happiness: A Scientific Approach to Getting the Life You Want.

Kita bisa mencoba sekian banyak hal yang disarankan olehnya di buku itu. Tapi, ada 1 cara yang simple dan efektif untuk menjadi pribadi lebih bahagia.

Terima kasih Rendy ReZha dan Sonny Abi Kim yang telah mengajarkan ilmu ini kepada saya.

Untuk menjadi pribadi yang lebih bahagia dalam segala aspek kehidupannya kuncinya adalah dengan turunkan standart.

Kerap kali kita susah bahagia karena standart yang kita pasang terlalu tinggi. Ambil sampel: Kita berharap istri kita secantik bintang film, suaranya seindah biduanita, layanannya seramah pramugari, dan ekspektasi tinggi lainnya.

Namun, realitasnya berkata lain. Ternyata dia cantiknya biasa saja, suaranya cempreng hanya saja memang pandai melayani suami bak paduka raja.

Ketika menatap realitas ini, kerap kita terbelalak kaget dan bermuram durja. Karena standart tinggi yang kita pasang tak terwujud, kita tak merasa bahagia.

Mari rehat sejenak, masih ingat kisah seorang pemuda yang mencari kehalalan buah apel/ delima yang dimakannya? Konon katanya dia bernama Idris dan merupakan ayah dari Imam Syafi'i. Meskipun saya belum menelusuri kebenaran ceritanya.

Inti pointnya bukan di situ. Lihat ketika sang pemilik kebun menawarkan kepadanya sebuah hukuman atas tindakannya. Dia diminta untuk menikahi putrinya yang buta, tuli, bisu lagi lumpuh. Dengan penuh sadar dan tanggung jawab dia menerima hukuman tersebut demi kehalalan apa yang masuk ke perutnya.

Singkat cerita, setelah akad dilangsungkan dan dia menuju kamar pengantin, yang di hadapannya adalah seorang gadis sempurna. Tak hanya lahirnya, tapi bathinnya pun terjaga. Betapa bahagianya kondisi pemuda tersebut saat itu.

Ketika kita menetapkan standart lebih rendah, maka kesyukuran akan lebih mudah menyapa kita. Kebahagian menajadi menu sehari-hari yang kita temui.

Sebelum tidur tanamkan bahwa kita tak akan bangun lagi esok hari. Maka esok pagi, ketika ternyata kita masih membuka mata, doa: “Alhamdulillahi ahyana ba'dha maa amatana wa ilaihi nusyur”, akan dihiasi kebahagian dan kesyukuran yang begitu mendalam.

Ternyata begitu banyak hal yang layak membuat kita menjadi pribadi yang lebih bahagian dan penuh kesyukuran. Hanya saja, kerap kali kita lupa bahwa sebenarnya kita hamba yang faqir tak punya apa-apa. Standart yang kita tetapkan terlalu tinggi, sehingga kita susah untuk bahagia dan mensyukuri apa yang Allah pijamkan pada kita hari ini.

0 Comments:

Posting Komentar