Blog ini berisi tulisan orang lain. Sengaja saya kumpulkan disini agar bisa dibaca lagi di lain waktu, oleh saya dan oleh kita semua.
WHAT'S NEW?
Loading...

BELAJAR RELASI MUHAJIRIN-ANSHAR PADA KASUS TEH SARIWANGI


Pengantar: Kasus pailit yang dialami oleh Perusahaan Teh Sariwangi mengagetkan kita semua. Sekaligus membuka mata tentang bagaimana sebuah usaha dijalankan. Sebuah perusahaan yang dirintis dari nol, menjadi besar, dijual brand-nya, terlilit hutang, hingga ada yang mengaitkannya dengan relasi kaum Muhajirin dan Anshar di zaman Rasulullah Saw.

Sungguh sangat menarik. Saya berusaha mengumpulkannya dan menyajikannya sekaligus sehingga didapat wacana yang sedikit utuh. Semoga bermanfaaat.

**********



Dinyatakan Pailit, Begini Sejarah Teh Sariwangi yang Dimulai Tahun 1962
Devi Setya - detikFood Kamis, 18 Okt 2018 18:00 WIB
Sariwangi sudah dinyatakan pailit. Perusahaan ini padahal sudah dibangun sejak 1962 dan terkenal dengan produk teh celupnya. Seperti apa sejarahnya?

Sariwangi mulai dibangun oleh pendirinya yakni Johan Alexander Supit pada tahun 1962. Johan bersama perusahannya kemudian membuat inovasi teh dalam kantong yang dikenal dengan sebutan teh celup.

Dari laman website resminya tertera jika Sariwangi adalah merek teh lokal Indonesia yang sudah diperkenalkan pada tahun 1973. Inovasi teh celup ini diklaim lebih modern dan praktis dibandingkan teh tubruk.

Sejak dilempar ke pasaran, Sariwangi mendapat respon positif dari masyarakat jadi tak ayal produk teh ini bisa dianggap merajai pasar teh celup Indonesia. Ide pertama dari teh kemasan kantong ini dicetuskan oleh Thomas Sullivan, seorang pedagang teh dan kopi dari New York. Ia mengirimkan sample teh dalam kantong sutera kecil pada setiap pelanggannya.

Teh dalam kantong inilah yang kemudian populer dan dijual secara komersial termasuk oleh perusahaan Sariwangi. Setelah berjalan 56 tahun, akhirnya PT. Sariwangi Agricultural Estate Agency harus menerima kenyataan pahit.

Sebelumnya, pada tahun 1989 Unilever mengakuisisi produk dan brand teh celup Sariwangi. Meskipun sudah diakuisisi, PT Sariwangi tetap menjalankan bisnisnya sebagai perusahaan yang berfokus pada bidang trading, produksi dan pengemasan teh.

Tak tanggung-tanggung, penjualan teh celup ini pernah mencapai angka 46 ribu ton per tahunnya.

Sayangnya sejak tahun 2015, PT Sariwangi bersama perusahaan afiliasinya PT Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung mengalami kesulitan. Dua perusahaan ini terjerat hutang yang jumlahnya fantastis, PT Sariwangi dengan tagihan Rp 1,05 triliun dan Indorub dengan tagihan Rp 35,71 miliar.

Akhirnya pada Rabu (17/10) Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat mengabulkan permohonan pembatalan perdamaian dari PT Bank ICBC Indonesia. Lantas bagaimana nasib konsumen setia teh celup Sariwangi? Tak perlu khawatir karena penggemar teh celup ini masih bisa menikmati seduhan hangat teh dalam kantung ini. Pihak Unilever menegaskan masih terus memproduksi dan memasarkan teh celup dengan merek ini.

Lewat siaran tertulis hari ini (18/10), Maria Dewantini Dwianto selaku Head of Corporate Communication Unilever memberikan pernyataan resmi. "PT Unilever Indonesia sebagai pemilik brand teh celup Sariwangi menyampaikan PT Sariwangi Agricultural Estate Agency dan PT Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung keduanya bukan merupakan bagian ataupun anak perusahaan dari PT Unilever Indonesia Tbk."

Dalam keterangan ini juga tertulis meskipun pernah melakukan kerjasama sebagai rekanan usaha untuk memproduksi merek teh celup Sariwangi, namun sekarang sudah tidak terjalin kerjasama lagi. Maria juga menjawab keresahan masyarakat tentang pemasaran teh ini. "PT Unilever Tbk, tetap memproduksi teh celup Sariwangi sehingga teh celup Sariwangi akan terus bisa dinikmati oleh masyarakat."

Jadi tak perlu khawatir, teh celup Sariwangi masih tetap bisa dinikmati masyarakat. Saat ini teh celup Sariwangi memiliki berbagai varian seperti Sariwangi teh asli, Sarimurni, Teh melati dan Teh hijau. (dvs/odi)

**********

Cerita Putra Pendiri Sariwangi saat Perusahaannya Diambil Asing

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
PT Sariwangi Agricultural Estate Agency (A.E.A) sedang memasuki masa kelam. Perusahaan yang memproduksi salah satu teh tertua di Indonesia, Sariwangi tersebut dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Perusahaan pengolahan teh ini dianggap telah melanggar perjanjian perdamaian soal utang piutang dengan PT Bank ICBC Indonesia.

Setelah tagihan kredit utang bermasalah Bank ICBC Indonesia sepakat dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Total utang Sariwangi kepada Bank ICBC Indonesia saat itu mencapai US$ 20.505.166 atau sekitar Rp 309,6 miliar.

Melihat ke belakang, Sariwangi sendiri dibangun oleh Johan Alexander Supit pada tahun 1962. Johan bersama perusahaannya kemudian membuat inovasi teh dalam kantong yang dikenal dengan sebutan teh celup. Kemudian pada 1989, Unilever dikabarkan membeli merek Sariwangi. Meski sebagai pemegang merek Sariwangi, Unilever masih mengambil pasokan dari SAEA. Unilever sendiri hanya membeli merek Sariwangi bukan perusahaannya pada 1989.

Kemudian, setelah Johan Alexander Supit meninggal pada 21 November 2015, kursi pucuk pimpinan diteruskan oleh anaknya Andrew Supit. Namun posisi tersebut tak lama diduduki oleh Andrew. Kepada detikFinance, Andrew mengatakan sudah tak lagi menjadi Direktur Utama PT Sariwangi sejak 30 Oktober 2015. Perusahaan tersebut tersebut diambil alih oleh pihak asing, yakni CR AROMA.

"Saya sudah tidak menjadi Direktur Utama PT SARIWANGI A.E.A. sejak 30 Oktober 2015 semenjak perusahaan diambil alih oleh perusahaan asing," katanya kepada detikFinance, Jakarta, Kamis (18/10/2018). Dia mengatakan, perusahaan asing tersebut menguasai 70% dari Sariwangi A.E.A. "Di mana perusahaan asing tersebut menjadi pemilik PT Sariwangi A.E.A. dengan menguasai 70% saham perusahaan," katanya.

Setelahnya, pihak keluarga tak lagi ikut terlibat dalam perusahaan tersebut. Keluarga tak lagi terlibat sejak 30 Oktober 2015 lalu. "Kami keluarga sudah tidak pernah lagi involve di perusahaan semenjak 3O Oktober 2015," tuturnya.

**********

PELAJARAN SANGAT BERHARGA DARI BANGKRUTNYA SARI WANGI
Oleh : Jamil Azzaini (CEO Kubik Leadership)

PT Sariwangi AEA yang melahirkan teh Sari Wangi dinyatakan bangkrut oleh pengadilan niaga Jakarta Pusat pada Selasa 16 Oktober 2018. Perusahaan yang didirikan oleh Johan Alexander Supit pada tahun 1962 ini terlilit hutang lebih dari satu trilyun rupiah. Apakah ini berarti kita tidak bisa menikmati teh celup Sari Wangi ?

Ternyata, pada tahun 1989, brand Sari Wangi sudah dibeli oleh Unilever. Sekali lagi ingat ya, yang dibeli adalah brand Sari Wangi bukan PT Sari Wangi AEA. Dengan kata lain, PT Sari Wangi tetap memproduksi dan mensuplai teh Sari Wangi ke Unilever namun brand Sari Wangi sudah menjadi milik Unilever.

19 tahun kemudian, tepatnya awal tahun 2018, Unilever memutuskan kontrak dengan PT Sari Wangi AEA untuk mensuplai teh Sari Wangi ke Unilever. Entah darimana Unilever mendapatkan suplai penggantinya, yang jelas produk Sari Wangi masih tersedia di pasaran. Dan bulan ini, PT Sari Wangi dinyatakan pailit. Menariknya, teh Sari Wangi akan tetap ada di pasaran karena pemilik brandnya yaitu Unilever masih tetap berdiri. Bangkrut perusahaan yang melahirkannya bukan berarti “mati” produknya.

Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari kejadian ini. Pertama, brand itu sangat penting. Bahkan harga brand boleh jadi lebih mahal dibandingkan dengan aset fisik yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Orang-orang yang cerdas dan berakal sehat akan fokus membangun brand dan intangible aset lainnya. Dalam bahasa pengembangan diri, brand itu sama dengan reputasi diri.

Dengan reputasi inilah kita bisa memiliki pengaruh yang semakin meluas, harga Anda semakin mahal. Reputasi yang baik juga akan menyelamatkan kita saat kita gagal dan terpuruk. Bangunlah reputasi Anda semakin tinggi, semakin kuat dan semakin mengakar. Bagi Anda yang ingin menguatkan reputasi kepemimpinan Anda, silakan bergabung di https://lnkd.in/ftUhj9G

Kedua, seriuslah membangun bisnis yang tidak akan merugi. Adakah bisnis yang dijamin tidak akan rugi? Jawabnya, secara spiritual, ada. Dalam kitab suci agama saya, Al Quran surat Faathir ayat 29 dinyatakan “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al Quran), mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dengan diam-diam maupun terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”.

Jadi secara spiritual, ada tiga bisnis yang dijamin tidak merugi yaitu: membaca Al Quran, mendirikan shalat, dan bersedekah. Silakan Anda perdalam dengan bertanya tafsir surat ini kepada ustadz Anda. Setiap ada berita bisnis yang bangkrut saya selalu teringat ayat ini. Seyogyanya, sebagai pebisnis atau sebagai profesional, Anda tidak boleh meninggalkan perniagaan ini. Tentu bagi Anda yang beragama Islam.

Ketiga, kurangi nafsu berhutang. Nafsu untuk membesarkan bisnisnya, membuat management PT Sariwangi AEA pada tahun 2015 memutuskan untuk meminjam uang kepada 5 bank yaitu HSBC, ICBC, Rabobank, Panin dan Commonwealth. Ternyata proyek yang mereka kembangkan dengan dana pinjaman ini hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Akhirnya, perusahaan yang sudah berdiri setengah abad lebih tidak sanggup membayar dan dinyatakan gulung tikar.

Jangan demi gengsi dan gaya hidup, Anda rela berhutang kesana-kemari, apalagi gali lubang dan tutup lubang hanya karena Anda ingin terrlihat menjadi orang yang terpandang. Hidup bersahaja justeru menambah dan meningkatkan reputasi Anda.

Sari Wangi memberikan pelajaran “wangi” kepada kita bahwa brand atau reputasi nilainya sangat tinggi, kita jangan terjebak dalam kubangan hutang tiada henti, dan bersegeralah aktif menjalankan perniagaan yang tiada merugi yang keuntungannya bisa dibawa mati.

Salam SuksesMulia

**********

BELAJAR DARI RELASI ANSHAR-MUHAJIRIN
Oleh : Dodi Zulkifli (Neyma Identity & Brand)

“Ngapain sih brand SARI WANGI dijual ke UNILEVER?”

Banyak yang nanya kenapa sih brandnya dijual segala? Khan lebih untung dipegang sendiri. Kira-kira gitulah pertanyaan-pertanyaan yang masuk terkait artikel sebelumnya yang saya tulis tentang Sari Sangi.

Begini…
*Pertama*, PT Sari Wangi AEA adalah perkebunan yang mempunyai brand sari wangi juga.
Sehingga fokusnya 2 : Perkebunannya & Pengembangan brand, marketing dan selling.

*Fokusnya terpecah* Apalagi jika Internal tidak berkompeten.

*Kedua,* Unilever adalah perusahaan yang kompetensinya adalah RnD, branding, marketing. Enggak punya pabrik. Hampir semua produk-produk Unilever maklon semuanya. Manufaktur dan Distribusi adalah 2 Planet yang berbeda. 2 planet itu diisi makhluk-makhluk berbeda.

Pengisi planet *manufaktur* Mesin-mesin produk. Line-line produksi. Yang diomongkan produktifitas mesin dan sejenisnya.

Pengisi planet *distribusi* Orang-orang yang memiliki kemampuan sales & marketing. Enggak ada mesin-mesin. Ahli RnD menemukan Kebutuhan baru konsumen.

Unilever adalah wajah planet distribusi. Yang enggak punya pabrik. Semuanya maklon. Pertanyaannya? Kenapa maklon? Kenapa Unilever ga mau bikin pabrik? Itulah cara berpikir mereka.

Kompetensi Unilever adalah Brand & Distribusi. Fokus *MEMPERTAJAM KEKUATAN* *bukan MEMPERKUAT KELEMAHAN*

Pertanyaan yang sama juga dengan Sari Wangi AAE, kenapa menjual BRAND SARI WANGINYA. Kenapa enggak dibesarin sendiri. Gitu khan yang sering ditanyakan?

Saat saya memberikan workshop, ada yang bertanya, “*Saya pengusaha sirup, gimana cara saya membesarkan bisnis saya?*”

“Market Category anda adalah Syrup… sekerang kita berbicara Industri yang akan anda masuki, mau *Manufaktur* Syrupnya, atau menjadi *pemilik brandnya (distribusinya)*… karena kedua hal tersebut sebuah kompetensi yang berbeda.

Kalau mau menjadi manufakturnya, carilah perusahaan-perusahaan sirup yang mau mengambil ke Anda, jual B2B. Kalau *mau jadi pemilik brand*, carilah tempat maklon. Jangan anda serakah mengambil keduanya, tetapi keduanya ga beres…”

Fix Unilever adalah milik asing. Ambillah pelajaran kenapa mereka membesar. *Unilever fokus ke brand, marketing dan RnD*. *FOKUS- FOKUS-FOKUS*

Jangan SERAKAH !!!! Fokuslah ke kepada kekuatan. Pertajam kekuatan. Jangan perkuat kelemahan. Apalagi UKM, Dana terbatas, Resources terbatas. *Fokuskan resourcesmu kepada kekuatanmu*

Unilever yang resourcesnya lebih besar dari UKM tetap FOKUS untuk tidak masuk ke manufkatur / tidak punya pabrik. Hampir semuanya maklon.

*Belajar FOKUS dari Anshar & Muhajirin*

Muhajirin adalah orang yang hijrah bersama Rasulullah, kebanyakan adalah penduduk Mekkah. Muhajirin (mekkah) penduduk dengan karakterisitik *berdagang* / trading / distribusi. Mengambil produk dari luar mekkah kemudian dijual lagi.

Anshar adalah sebutan untuk suatu kaum yang menerima hijrah Madinah. Anshar (madinah) penduduk dengan karakteristik bertani / berkebun. Setelah Rasulullah hijrah ke Madinah Muhajriin - Anshar dipersaudarakan.

Saat Muhajirin berhijrah tidak membawa harta apapun. Kaum Anshar menawarkan “kebun-kebun”nya untuk dikelola oleh muhajirin. Apa tanggapan Rasulullah? *Rasulullah MELARANGNYA … “JANGAN …!!!!” sabda Rasulullah…*

Kenapa? Berkebun membutuh kompetensi. Orang-orang Mekkah (Muhajirin) DNA nya adalah DAGANG & DISTRIBUSI. bukan BERKEBUN / MANUFAKTUR. Orang-orang MADINAH DNA nya adalah BERKEBUN / MANUFAKTUR. Kompetensinya berbeda.

Anshar yang berkebun. Muhajirin yang mendistribusikan. Fokuslah kepada DNA & Kompetensi anda.

Jadi… Rasulullah pun sudah memberikan rambu-rambu. “Apabila sebuah urusan diserahkan kepada bukan ahlinya tunggulah kehancurannya…” (HR Bukhari)

UKM sangat mungkin membesar. Syaratnya adalah FOKUS !!!! Mau jadi pemilik brand? Mau jadi distribusi? Mau jadi yang punya pabrik? Semua pilihan. Tergantung kompetensi & DNA anda.

*Silahkan copas & fwd dengan mencatumkan sumbernya

0 Comments:

Posting Komentar