Berita tentang berbagai perusahaan besar tutup dan
menyatakan diri bangkrut, tidak identik dengan pemilik perusahaan tersebut
bangkrut. Bisa jadi para Taipan tersebut menutup 1 perusahaannya karena dinilai
sudah tidak menguntungkan dan re-invent di bisnis lain yang dinilai bakal lebih
menguntungkan. Hanya kita saja yang saat ini belum tahu, karena tentunya tidak
mungkin mereka bikin pengumuman seperti begini,
"Bersama ini saya menutup seven eleven, karena ada
bisnis seven sixty yang lebih baik 😅".
Jadi saat ini kita hanya tahu, tutup, tutup, tutup ... belum
tahu apa yang mereka bikin, bikin, bikin ... Coba baca history dibawah ini.
Fuji Film berubah menjadi pemasok bahan kecantikan dunia
Beberapa bulan yang lalu saya ikut kuliah terbuka di INSEAD,
Paris. Professornya sharing tentang bagaimana sebuah perusahaan harus terus
menerus "re-inventing" dirinya sendiri.
Kita semua tahu nasib Kodak, sebuah perusahaan yang gagal
re-invent dirinya sendiri, dan kita semua tahu nasib tragis yang dialami
perusahaan besar tersebut. Ternyata besarnya perusahaan, banyaknya uang yang
dimiliki, dan kesuksesan masa lalu sebuah perusahaan sama sekali tidak menjamin
kesuksesan dan keberlangsungan sebuah perusahaan di masa depan!
Kemudian profesor itu bertanya, "Apakah anda tahu apa
yang terjadi dengan Fuji Film?"
Ternyata di antara peserta banyak yang tidak tahu.
Well, kita semua sih tahu bahwa dulu Fuji Film juga berjaya,
bahkan pada tahun 1980-an hampir di semua prapatan di Jakarta selalu ada toko
berwarna hijau bernama Fuji Image Plaza tempat kita mencetak foto-foto kita.
Kebayang gak, profit yang mereka hasilkan dari situ?
Cuma ternyata orang lama lama tidak mencetak lagi. Di
Indonesia kita tidak lagi melihat banyak toko Fuji Image Plaza, pelan-pelan
mulai tutup satu per satu. Tetapi bagaimana dengan Fuji Film di Jepang? Apakah
mereka bangkrut? Ternyata tidak! Profit mereka masih tinggi! How they did it?
They re-invent themselves. Mereka melahirkan diri mereka sendiri.
Mereka tahu mereka punya produk andalan, tinta kimia untuk
mencetak foto. Tetapi mereka juga melakukan penelitian yang intensif agar foto-foto
itu tahan lama. Ada sebuah cairan kimia yang mampu mengawetkan foto-foto itu.
Dan ternyata dengan sedikit modifikasi, zat kimia itu bisa untuk mengawetkan
kulit dan menjadi bahan untuk produk kosmetika. And ... Voila!
Sekarang profitnya Fuji berkembang terus karena mereka
menjadi pemasok utama perusahaan-perusahaan kosmetik dunia. Ini adalah sebuah
contoh bagaimana sebuah perusahaan bisa "re-inventing itself". Dan
sekarang mereka survive, sukses dan berjaya.
That's the difference between a great company and others,
they can re-invent themselves.
Ada pepatah mengatakan, "Kita tidak bisa mengendalikan
badai yang akan menyerang kapal kita, tapi kita bisa menyesuaikan layar yang
kita punya".
Pelan atau lembat, disruption pasti datang, bisnis anda akan
terganggu, itu pasti, dan anda tidak bisa mencegah, mengontrol atau
mengendalikan itu. Yang bisa anda kontrol adalah bagaimana anda menghadapi
disruption tersebut.
Dalam contoh di atas, Fuji mampu re-invent themselves dan
akhirnya mereka mampu survive dan sukses terus!
Remember, sometimes you need to re-invent yourself to ensure
your future success! Contoh lain?
Garmin dulunya sukses dengan menjual alat navigasi GPS untuk
mobil mewah. Pada saat navigasi GPS software bisa didownload gratis, mereka
re-invent dan sekarang menjual gadget untuk fitness, sukses luar biasa dan
profit naik!
Nokia? Anda pikir mereka sudah almarhum? Think again!
Pada saat bisnis handphone mereka menurun drastis, mereka
jual bisnis itu ke Microsoft, dan mereka focus ke network infrastructure (BTS,
Switching ...etc). Sekarang Nokia network infrastructure berjaya, menjadi one
of the market leader, bahkan membeli Motorola, Siemens, Alcatel dan Lucent!
They re-invent themselves!
By the way, itu bukan pertama kalinya mereka melakukan itu,
Nokia dulunya adalah perusahaan yang memproduksi kayu dan hasil hutan, karet,
ban mobil, kemudian mereka re-invent dan memproduksi kertas, kemudian kabel,
kemudian TV, handphone dan sekarang mereka berjaya dengan network
infrastructure!
HOW about YOU? Are you ready to re-invent yourself?
Saya dulu berijasah Bachelor dan Master dalam Computer
Science, dan saya me-re-invent diri saya sendiri menjadi Human Resources.
Seorang sahabat saya, sebut saja namanya Arini, dulunya
adalah Network Planning Engineer di sebuah perusahaan telekomunikasi, sekarang
dia re-invent dirinya menjadi seorang Sales Director di sebuah operator telekom
besar di negeri ini.
Seorang talent pulang dari Hong Kong dengan ijasah
Micro-Biology, dan karena characternya yang hardworker dan quick-learner, saya
recruit dia menjadi Management Trainee di Citibank, dan sekarang dia sudah
mapan meniti kariernya sebagai Banker.
Itu adalah beberapa contoh orang yang berhasil re-invent
dirinya sendiri dan re-invent kariernya.
Apapun yang anda kerjakan sekarang, perusahaan apapun di
mana anda bekerja sekarang, industry di mana anda bekerja sekarang, tidak ada
yang akan terhindar dari disruption yang akan mengganggu bisnis anda, dan kalau
anda tidak bersiap-siap, karier anda bisa meniru Kodak. Namun kalau anda
bersiap-siap dan ready to re-invent yourself, anda bisa menjadi Garmin, Fuji
atau Nokia yang terus menerus sukses.
Jadi, apa yang anda bisa lakukan untuk re-invent yourself? Ikuti
kelima langkah di bawah ini ...
1. ANALYSE YOUR CURRENT STRENGTH
Analisa, identifikasi dan catat, sebenarnya kekuatan anda
itu di bidang apa? Apakah yang anda mampu lakukan dan lebih jago daripada yang
lain?
Apakah itu design? Mengembangkan product baru? Menjual?
Meyakinkan customer? Presentasi? Berkomunikasi? Merancang proses? Mengimplementasikan
proses? atau apa? Identifikasi 3 strength anda.
2. DEFINE THE NEW GREEN FIELD THAT YOU WANT TO EXPLORE
Cari bidang baru atau industry baru (diluar profesi atau
industri yang anda tekuni sekarang) yang anda bisa explore. Challenge the
status-quo. Keluarlah dari comfort zone. Ingat comfort dan progress tidak bisa
berjalan bersama.
Kalau anda mau confortable (nyaman), siap-siap, anda tidak
akan maju. Kalau anda mau progress (maju), siap-siap, perjalanan hidup anda
tidak akan comfortable (nyaman).
3. FIND YOUR STRENGTH THAT YOU CAN USE IN THE NEW GREEN
FIELD
Nah, dari semua strength yang anda miliki, special skills
apa yang anda miliki dan bisa diterapkan di area yang baru. Saya dulu adalah
seorang insinyur, kemudian pada saat saya menemukan strength saya dalam hal
presentasi dan komunikasi, maka saya pun berganti menjadi trainer (dalam bidang
telekomunikasi), kemudian saya berganti arah lagi menjadi trainer dalam bidang
leadership, setelah itu menjadi Training and Development Manager, dan kemudian
menjadi HR Director!
Sahabat saya Arini adalah Network Planning Manager, ternyata
punya strength dalam project management, dia menjadi Project Manager, kemudian
dia banyak berpartisipasi dalam Sales Project Management, dan akhirnya menjadi
Sales Director!
Temukan strength anda, yang akan anda gunakan sebagai modal
anda untuk berkarier di tempat baru.
4. LEARN OTHER KNOWLEDGE NEEDED IN THE GREEN FIELD
Nah, meskipun anda sudah punya asset, tetap saja anda harus
belajar skills yang lain yang dibutuhkan. Meskipun Arini sudah jago dalam sales
project management, Arini masih harus belajar bidang bidang sales yang lain. Meskipun
saya sudah menguasai masalah training and development, sebelum saya menjadi HR
Director, saya juga harus mempelajari competences yang lain yang juga
dibutuhkan.
Remember, we have moved from age to agility. Sekarang bukan
lagi kompetensi tentang umur atau pengalaman anda. Sekarang adalah kompetisi di
mana siapa yang lebih banyak belajar dan bekerja keras yang akan memenangkan
kompetisi di masa depan.
5. GO ON, BE BRAVE and CHALLENGE YOURSELF ...
OK, sekarang anda sudah siap melangkah, asset anda sudah
cukup. Ambil resiko, explore and experiment! Banyak yang sudah punya mobil yang
CC mesinnya tinggi, dan jago menyetir, tapi gak berani injak pedal! Takut
nabrak!
Life is about taking risks. Be brave, challenge yourself in
a new green field! Jadi ingat, to reinvent yourself and your career…
Sumber : Grup WA Berkembang Bersama, tanpa nama penulis.
0 Comments:
Posting Komentar