Ada seorang sahabat Kanjeng Nabi, sebut saja
Fulan, yang satu hari siwer (lupa diri) digoda setan saat melihat
seorang wanita di jalan. Saking siwernya, Fulan tersebut sampai mencium wanita
tersebut. Padahal wanita itu ajnabi (wanita yang bukan siapa-siapanya).
Habis mencium wanita ajnabi tadi, si Fulan tadi
langsung sadar dan menyesal gak karuan. Sampai linglung, saking takutnya adzab
apa yang bakal diterimanya.
Dengan hati gundah segundah-gundahnya, si Fulan
tadi langsung mendatangi Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Saat itu, Kanjeng Nabi
sedang berkumpul dengan para sahabat yang lain.
Mungkin saking linglungnya, saat Fulan masuk ke
forum Kanjeng Nabi dan para sahabat tersebut, dia langsung menceritakan apa
yang terjadi padanya di depan Kanjeng Nabi dan para sahabat dengan suara keras.
Seluruh ruangan jadi tahu kalau si Fulan ini habis mencium wanita ajnabi dan
sekarang menyesali perbuatannya. Kanjeng Nabi Muhammad saat itu hanya diam
mendengar cerita si Fulan dan tidak mengusir si Fulan dari ruangan.
Kebetulan saat itu ada Sayyidina Umar. Sayyidina
Umar langsung memperingatkan si Fulan, "Hei Fulan, ngapain kamu ceritakan
perbuatan maksiatmu di depan forum? Gusti Allah sudah menutup kesalahanmu, kok
kamu malah menceritakannya kepada kami semua? Harusnya kamu sembunyikan!"
Mendengar peringatan Sayyidina Umar, si Fulan pun
pergi meninggalkan ruangan dengan hati yang sangat kacau sekacau-kacaunya.
Penyesalannya belum mendapat jawaban, malah kena omelan Sayyidina Umar.
Kanjeng Nabi lalu menyuruh seorang sahabat
memanggil si Fulan untuk kembali menghadap Beliau SAW. Setelah berhasil membawa
Fulan menghadap Kanjeng Nabi lagi, Kanjeng Nabi lalu membacakan satu ayat Al
Qur'an kepada si Fulan
وَأَقِمِ
ٱلصَّلَوٰةَ طَرَفَىِ ٱلنَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ ٱلَّيْلِ ۚ إِنَّ ٱلْحَسَنَٰتِ
يُذْهِبْنَ ٱلسَّيِّـَٔاتِ ۚ ذَٰلِكَ ذِكْرَىٰ لِلذَّٰكِرِينَ
"Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua
tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam.
Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan
yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat" (Qs. Huud [11]:
114)
Mendengar ayat itu, si Fulan jadi sumringah.
Kesalahannya ternyata bisa diampuni dengan mudah. Cukup bertobat dan melakukan
amal sholeh terutama sholat. Hati Fulan pun jadi penuh harapan lagi.
Para sahabat lain yang mendengar dan melihat hal
itu pun kagum dengan jawaban Kanjeng Nabi tersebut. Gampang sekali prosedur
Fulan untuk meraih ampunan. Lalu para sahabat bertanya pada Kanjeng Nabi,
"Duh Kanjeng Nabi, apakah prosedur pengampunan dosa semacam itu hanya
berlaku pada si Fulan saja?"
Lalu Kanjeng Nabi Muhammad SAW menjawab
بل
للناس كافة
"Tidak, itu prosedur pengampunan itu juga
berlaku untuk semua manusia hingga akhir jaman".
Dari cerita tersebut, ada poin-poin kesimpulan yg
bisa kita petik:
1. Seseorang hendaknya punya rasa takut dan sesal
atas dosa yg dilakukan.
2. Menceritakan maksiat diri di depan umum atau di
medsos artinya membuka apa yang ditutup Gusti Allah. Ini bentuk ketidak
beradabnya seseorang.
3. Dosa yg telah dilakukan ada prosedur tobatnya.
Gampang kok. Yaitu cukup bertobat dan beramal sholeh. Terutama memperbaiki
sholat.
4. Tidak boleh membuat seseorang yang berdosa jadi
putus asa.
5. Bahwa prosedur proses pengampunan ini berlaku
untuk semua manusia hingga akhir jaman.
Semoga bermanfaat.
Sumber: FB Fahmi Ali
0 Comments:
Posting Komentar