Blog ini berisi tulisan orang lain. Sengaja saya kumpulkan disini agar bisa dibaca lagi di lain waktu, oleh saya dan oleh kita semua.
WHAT'S NEW?
Loading...

PENTINGNYA SEBUAH RIYADLAH SEHINGGA MENCAPAI ITQAN

 


Oleh : Hilma Rosyida Ahmad

 

Bagaimana Maulana Syekh Yusri Rusydi al-Hasani hafizhahullah Mendidik Nafsu Diri Beliau Sendiri? Maulana menjelaskan bahwa hal lumrah seseorang Muslim dan pengikut thareqat berbuat salah, bukan suatu aib. Yang aib adalah tidak bertaubat ketika salah. Lalu beliau menjelaskan bagaimana menyikapi kesalahan yang keluar agar tidak diulangi lagi, yaitu dengan istighfar dan menghukum nafsu, misal;

 

1. Bersedekah, misalnya 200 pound (200 ribu rupiah) untuk setiap kesalahan.

2. Membuatnya lapar, yaitu dengan puasa 3 hari.

3. Tidak mengkonsumsi makanan kesukaan selama sebulan.

 

Beliau pun menjelaskan bagaimana pengalaman beliau, mari kita simak bersama:

 

"Aku katakan padamu, kenapa Allah SWT menganugerahi aku kemampuan di bidang bedah, sampai kawan2ku dan para guruku mengakui kemampuanku? Kamu tahu apa yang aku lakukan untuk mendidik diriku di awal2 aku bergerak dalam profesi ini karena bedah juga perlu didikan pada diri agar sampai pada tingkat itqan (sebaik2nya)?

 

Semua pasien yang aku tangani atau aku beri resep obat, kalau aku ketahui pasien itu meninggal, maka aku puasa 2 bulan; aku menganggap diriku telah salah penanganan atau salah kasih obat sehingga pasien itu meninggal. Jadi ayahku yang setiap hari mengunjungiku di rumah, saat itu aku baru saja menikah, menemukan aku selalu puasa.

 

Begitulah yang terjadi… Setiap selesai aku puasa 2 bulan, ada saja pasien baru yang meninggal, sehingga aku puasa 2 bulan lagi.. Begitulah, kami para ahli bedah dihadapkan pada pasien2 akibat berbagai kecelakaan yang meninggal tanpa kesalahan kami. Tapi aku dulu menuduh diriku bahwa aku tidak memberikan penanganan yang semestinya untuk menyelamatkan si pasien, tujuanku agar aku memperbaiki kemampuan diri, sehingga Allah SWT meninggikanku dalam bidangku.

 

Jadi, kita harus menuduh diri, supaya memperbaikinya.. menuduh diri sebagai pihak yang memerintahkan kemungkaran.. Apa yang kita lakukan? Cambuk nafsu itu, dengan apa?

 

- Nafsu itu suka harta; jadi bersedekahlah.

- Nafsu itu suka makan terus menerus; buat dia lapar, bawa puasa.

- Nafsu suka terus menerus tidur; bangun malamlah dan shalat.

- Nafsu suka makanan tertentu; jangan makan yang kamu sukai.

 

Inilah caranya.. beginilah seharusnya murid thareqat berbuat.. Mengetahui bagaimana mendidik dirinya ketika melakukan kesalahan, sehingga diri mendapatkan pendidikan yang baik.

 

Ayahku berkata, "Nak, kamu nih pengantin baru, masa puasa tiap hari?! Tidak boleh begini".

Aku pun menjawab, "Tidak apa2 kok, aku sudah biasa".

Aku tidak mau mengatakan bahwa diriku mengecewakan karena pasien2 meninggal, aku tidak mau mengatakan hal itu agar beliau tidak marah padaku misalnya.. 🙂

 

Tapi aku dulu menganggap bahwa sekedar zhann (perkiraan) bahwa pasien tidak mendapatkan penanganan yang baik, hanya sekedar perkiraan, karena bisa saja memang saatnya memang pasien itu meninggal dan aku sudah memberikan penanganan yang baik.. Bisa saja karena sudah umurnya begitu.. tapi aku menuduh diriku sendiri.

 

Setelah aku menjalani itu dalam tempo yang lama, alhamdulillah Allah SWT menyelamatkanku dalam bidangku, sehingga kebaikan mengalir lewat tanganku.

 

Demi Allah, pasien2 dihadapkan pada para ahli bedah, semuanya mengatakan, "Jangan ada yang berani memegangnya, karena dia akan meninggal".

Tapi aku masuk dan menanganinya, setelah sepekan keluar dari rumah sakit atau sudah membaik dan hidup.. Demi Allah, itulah yang terjadi, sampai kawan2ku berkata, "Kondisi sulit kalau ditangani oleh DR Yusri maka kondisi itu jadi mudah".

Mereka mengatakan itu karena mereka melihat dengan mata mereka sendiri... Demi Allah.

 

Semua itu datang dari mana? Dari puasa berbulan2 yang aku lakukan, agar aku lebih giat, lebih mempelajari, lebih maju di bidangku, memperbaiki kemampuanku.. Dan setelah aku sampai pada itqan di bidangku, sudah tidak masalah lagi yang meninggal ataupun yang hidup, aku tidak lagi puasa... karena sudah, aku sudah mempelajari bidangku dan mengetahuinya..

 

Berbeda di awal, masa itu aku masih belajar, aku belum mengetahui bagaimana menghukum diri; apakah aku melakukan hal yang benar 100% ataukah 80% sehingga si pasien meninggal?

 

Jadi aku memberikan padamu cara bagaimana seorang murid thareqat dalam berinteraksi di bidangnya, ibadahnya, juga dengan sesama manusia. Kamu faham bagaimana? Jadi perhatikan baik2 hal ini.

 

Saat menjalani bidangku ini, bidang bedah merupakan bidang yang kompetisinya berat antara sesama ahli bedah. Bahkan terkadang saat aku menangani pasien yang kondisinya sulit, saat itu kawan2ku mengharapkan pasien itu meninggal, karena kalau pasien itu hidup maka citraku akan naik di tengah rumah sakit... Mereka jadinya mengharapkan kematian pasien itu.. Demi Allah aku melihat ini, bukan dengan lisan mereka tapi dari perilaku mereka... karena tabiat bidang ini memang kompetisinya buruk.

 

Jadi kamu tahu.. ketika hal ini terjadi aku memberi mereka hadiah, bukankah hadits: "saling memberi lah hadiah agar kalian saling mencintai". Kemudian ketika mereka melakukan kesalahan di suatu kondisi, mereka memanggilku untuk memperbaiki kesalahan mereka. Aku melakukan perbaikan kesalahan para ahli bedah di rumah sakit Ahmad Maher selama 20 tahun, siang malam aku melakukan hal itu..

 

Aku mengatakan hal ini dengan mikrofon karena kawan2ku akan mendengarnya, mereka mengetahui hal itu, silahkan datang kalau ada yang mengatakan aku berbohong. 15 tahun aku memperbaiki kesalahan di rumah sakit Umm al-Mashriyin. Di rumah sakit Ahmad Maher itu aku memperbaiki kesalahan yang terjadi di rumah sakit Khalifah, rumah sakit al-Munirah dan rumah sakit di daerah.. Permintaan perbaikan itu datang ke rumah sakit Ahmad Maher ditujukan padaku dengan menyebut namaku.

 

Demi Allah, itulah yang terjadi... Aku mengatakan ini bukanlah untuk mengumumkan diriku, karena insya Allah aku akan berhenti membedah dalam waktu dekat. Aku hanya ingin menyampaikan padamu bagaimana Allah SWT membuat aku sampai pada hal ini yaitu dengan menuduh diri bahwa aku melakukan hal yang kurang di masa aku belajar. Aku terus menerus menuduh diri bahwa aku belum sampai pada ilmu yang cukup, latihan yang cukup, memberikan pelayanan yang cukup pada pasien2ku, sehingga aku menghukum diri dan puasa 2 bulan, aku menganggap diriku telah melakukan pembunuhan yang tidak sengaja. Jika seandainya aku punya budak, mungkin aku telah memerdekakan 100 budak, tapi Allah SWT memuliakan kita.

 

Jadi maksudku, setiap kita di bidang masing2 agar mematai2 diri (mengoreksinya). Misalnya insinyur yang merancang jembatan, kemudian setelah 10 tahun, jembatan itu runtuh, maka dia wajib menghukum dirinya.

 

Orang yang merancang dan membuat jembatan besi di kawasan Abu Eila, yang membuatnya adalah orang Francis, dia juga lah yang membuat menara Eiffel, jadi dia seorang yang ahli di bidang pembangunan besi dkk, orang paling hebat di bidangnya secara internasional. Khedawi Ismail mendatangkannya untuk membangun jembatan Abu Eila. Khedawi mengatakan bahwa "Sungai Nil merupakan lalu lintas kapal2, jadi aku ingin jembatan yang bisa dibuka dan ditutup".

 

Jembatan pun dibuat. Nah pada hari peresmian, jembatan itu tidak bisa dibuka. Apa yang dilakukan orang itu? Bunuh diri, dia tidak kuat menghadapi kegagalan, karena jiwanya hidup dalam bidangnya.

 

Aku tidak mengatakan padamu untuk bunuh diri. Aku tidak begitu, aku mengatakan padamu bahwa ketika kamu gagal maka hukumlah dirimu dengan kamu mencoba untuk lebih baik dan lebih itqan, banyaki belajar, tanya ahli di bidang itu, koreksi diri sekali atau 2 kali, supaya kamu istimewa di bidangmu. Faham bagaimana?

 

Bidang itu umum, bisa di ibadah, ilmiah, pekerjaan, perdagangan.. bidang apa saja, kamu mesti sampai pada itqan. Dan itqan diperoleh dengan menghukum diri sendiri dan menuduhnya di masa pembelajaran. Jadi kamu sudah tahu, bagaimana murid thareqat melakukan apa? Tunjukan padaku apa yang kamu lakukan.. akan puasa tiap hari.. kasiannya.

____

Sebagian faedah dars jum'at siang, 6 November 2020M.

Photo pagi tadi, Rabu 29 Desember 2020M... saat Cairo berkabut dan dingin..

 

0 Comments:

Posting Komentar