Oleh: Eka Amira
Berbicara mengenai kebun
binatang, biasanya identik dengan wisata edukatif karena pengunjung dapat
melihat banyak macam hewan dari berbagai jenis dan lokasi. Tapi, di era
kolonial, kebun binatang adalah pameran hewan sekaligus manusia, yang dianggap
primitif dan layak menjadi tontonan.
Ya, pernah ada masa ketika human zoo menjadi
daya tarik masyarakat Eropa dan Amerika yang tak kuasa ingin melihat kehidupan
bangsa lain, dengan cara tak manusiawi. Kebanyakan orang yang ditampilkan di human
zoo adalah
orang-orang dengan ras kulit hitam atau memiliki budaya yang berbeda dengan
barat. Alih-alih sejahtera, orang yang ditampilkan di human
zoo justru
hidup menderita dan miskin.
Ingin tahu lebih jauh tentang kebun
binatang manusia pada zaman dahulu? Simak penjelasan berikut ini.
1. Konsep human zoo pertama kali digagas oleh kaisar dari Aztec
Orang pertama yang diketahui membuat
pameran berskala besar dan mengisinya dengan orang-orang beserta hewan, adalah
kaisar Aztec Montezuma. Ia memutuskan bahwa kebun binatangnya yang berada
Mexico City, akan lebih menarik banyak pengunjung jika diisi dengan pameran
manusia.
Pada waktu itu, orang-orang Amerika
dan negara-negara Eropa memang memiliki kecenderungan memamerkan musuh yang
telah dikalahkan di depan publik dengan tujuan mempermalukan musuh. Tetapi,
Montezuma lebih tertarik pada anomali genetik dan orang yang memiliki keunikan,
menurut penjelasan buku Social Psychology and Human Nature. Biasanya, Montezuma menampung
albino, orang kifosus, hingga orang-orang kerdil di kebun binatangnya bersama
dengan berbagai hewan.
2. Columbus menculik penduduk asli Amerika untuk diarak keliling Eropa
Yup, Columbus was not a nice guy.
Sejak Columbus menduduki Amerika, penduduk asli Amerika alias suku Indian,
disingkirkan atau disiksa secara tidak manusiawi. Saat Columbus menjelajahi
pulau-pulau kecil di Amerika, dia menemukan banyak emas dan banyak penduduk
asli, yang kemudian menjadi sangat rakus karenanya. Bukan hanya melakukan
banyak ekspedisi untuk mencuri emas, Columbus juga menculik para penduduk asli
dan membawanya ke Eropa untuk diarak berkeliling dan ditampilkan.
Memang, Columbus tidak
menampilkannya dalam sebuah kebun binatang manusia. Namun, konsep ini sama
kejinya dengan kebun binatang manusia. Menurut laman The
Telegraph, kelompok pertama dari budak-budak ini meninggal hanya dalam enam
bulan, tapi itu tidak menghentikan kekejaman Columbus. Dia tetap melakukan penyerangan
dan menewaskan banyak penduduk asli Amerika.
3. Amerika membawa suku Igorot setelah menang perang melawan Filipina
Salah satu pameran paling populer
adalah suku Igorot. Setelah perang antara Amerika Serikat dan Filipina, AS yang
menang memutuskan bahwa mereka akan mempermalukan musuh dengan membawa dan
menampilkan mereka di depan umum.
Suku ini dikenal karena mereka
kadang-kadang memakan anjing. Dikutip dari laman National Public
Radio, suku
Igorot yang ada di pameran dipaksa untuk membunuh dan menyembelih anjing secara
konstan untuk hiburan para penonton. Sementara makan anjing adalah hal yang
sensasional bagi penonton barat, itu juga merupakan representasi yang keliru,
karena suku Igorot hanya memakan anjing untuk alasan seremonial.
Pertunjukan yang dimulai pada tahun
1905 ini, akhirnya berhenti pada tahun 1914 akibat protes dari pemerintah
Filipina.
4. Perempuan Afrika dengan steatopygia ditampilkan di human zoo Eropa
Pada abad ke-19, seorang Dokter
Inggris bernama William Dunlop mengunjungi Afrika. Di sana, ia meyakinkan
seorang perempuan Afrika bernama Sartje untuk ikut dengannya ke Inggris dengan
berbagai iming-iming.
Melansir dari laman List
Verse, sesampainya di Eropa, nama Sartje diganti menjadi Sarah Bartman untuk
menghapus identitas lamanya. Sartje memiliki kondisi yang dikenal sebagai steatopygia, yaitu
terdapat penumpukan lemak yang besar di sekitar pantat dan alat kelamin. Sartje
kemudian ditampilkan di seluruh Eropa, kadang-kadang sampai 11 jam sehari dan
kebanyakan dalam keadaan telanjang, agar pengunjung bisa melihat fisiknya yang
berbeda.
Setelah meninggal akibat menderita
cacar, tubuh perempuan malang itu dibedah. Kemudian, tengkorak dan beberapa
bagian lain tubuhnya diambil dan dijadikan koleksi.
Perlakukan tidak manusiawi ini
membunyikan 'alarm' para pemuka agama. Sejumlah pendeta terkemuka blak-blakan
tentang apa yang mereka pandang sebagai sikap tidak hormat yang mengerikan.
Pendeta kulit hitam, James H. Gordon, pengawas dari Howard Colored Orphan
Asylum di Brooklyn, New York, adalah salah satu penentang paling vokal dari
pameran tersebut. “Ras kami, kami pikir, sudah cukup tertekan, tanpa memperlihatkan
salah satu dari kami bersama kera,” tulisnya. "Kami
pikir kami layak dianggap manusia, dengan jiwa."
6. Dibujuk, diambil paksa, lalu sulit untuk kembali ke tanah kelahiran
Memang tidak ada jeruji besi untuk
mencegah mereka meloloskan diri, tetapi sebagian besar, terutama yang dibawa
dari benua asing, tidak punya tempat lain untuk dituju. Mereka juga tidak tahu
cara kembali ke tanahnya secara mandiri.
Dibentuk di “desa etnis” tiruan,
masyarakat adat diminta untuk melakukan tugas-tugas sehari-hari yang khas,
memamerkan keterampilan “primitif” seperti membuat perkakas batu, dan ritual
pantomim. Dalam beberapa pertunjukan, pemain pribumi terlibat dalam pertempuran
palsu atau uji kekuatan.
7. Brussels World’s Fair dan berakhirnya era human zoo
Hingga pertengahan abad ke-20,
praktik kebun binatang manusia masih terus ada. Pada tahun 1958, Brussels
World’s Fair di Belgia menampilkan suatu pertunjukan tentang Desa Kongo. Tapi,
pada tahun tersebut, minat pada kebun binatang manusia telah memudar dengan
munculnya film, karena orang-orang dapat memuaskan rasa penasaran mereka akan
negeri asing melalui televisi.
Mengutip dari laman Canadian
Broadcasting Corporation, pada saat Brussels
World’s Fair, gagasan tentang kebun binatang manusia menjadi dianggap tidak
menyenangkan lagi bagi sebagian orang dan telah dilarang di sebagian besar
negara. Tapi kabar buruknya, sebanyak 297 orang Kongo asli tewas dalam Brussels
World’s Fair.
Demikianlah beberapa fakta
kelam seputar kebun binatang manusia yang populer
pada era kolonial. Human zoo dengan cepat dianggap memalukan dan menjadi sesuatu yang tidak
ingin diingat orang Amerika.
Sumber: https://www.popbela.com/lifestyle/travel/eka-amira/fakta-kelam-human-zoo-zaman-kolonial/7
0 Comments:
Posting Komentar