Oleh : Fathul
Wahid (Rektor UII Yogyakarta)
Lebah (nahl) merupakan hewan istimewa. Kata nahl
dalam Al-Qu'ran hanya muncul sekali, namun namanya diabadikan menjadi salah
satu surat: An-Nahl.
Dalam ayat tersebut, lebah diperintah Sang Pencipta untuk membuat
sarang di bukit, pohon, dan tempat lain yang dibuat manusia. Lebah pun diminta
mengambil makanan dari buah-buahan, dan dari perutnya keluar madu dengan
beragam warna yang berkhasiat untuk pengobatan (QS An-Nahl 68-69).
وَأَوۡحَىٰ رَبُّكَ إِلَى ٱلنَّحۡلِ
أَنِ ٱتَّخِذِي مِنَ ٱلۡجِبَالِ بُيُوتٗا وَمِنَ ٱلشَّجَرِ وَمِمَّا يَعۡرِشُونَ
٦٨ ثُمَّ كُلِي مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ فَٱسۡلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلٗاۚ
يَخۡرُجُ مِنۢ بُطُونِهَا شَرَابٞ مُّخۡتَلِفٌ أَلۡوَٰنُهُۥ فِيهِ شِفَآءٞ
لِّلنَّاسِۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَةٗ لِّقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ ٦٩
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada
lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di
tempat-tempat yang dibikin manusia". Kemudian makanlah dari tiap-tiap
(macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).
Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di
dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
memikirkan”.
Akhir ayat tersebut ditutup dengan pesan: Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang
memikirkan. Apa pelajaran yang bisa kita ambil?
Bagi orang awam, termasuk peternak lebah, manfaat lebah yang paling
jelas adalah produksi madu. Madu mempunyai beragam khasiat terapeutik dan
dibuktikan dengan riset modern (e.g. Nikhat & Fazil, 2022; Tabebi et al.,
2020). Produksi madu
dunia mencapai lebih dari 1,8 juta ton per tahun. Produsen madu terbesar dunia
adalah Tiongkok, yang disusul oleh Turkiye dan Argentina (https://www.atlasbig.com/en-us/countries-by-honey-production).
Tetapi jika dilihat dalam konteks lebih luas, lebah mempunyai
fungsi penting dalam perekonomian nasional selain sebagai penghasil komoditas
madu, yaitu sebagai penyerbuk (pollinator) tanamam (Butler, 1942). Kita
bisa sebut beberapa di sini, termasuk kentang, bawang, pepaya, kelapa, kopi,
timun, apel, melon, labu, semangka, cabai, kubis, brokoli, almon, dan masih
banyak lagi. Perhatian periset terhadap koloni lebah pun tidak terbatas di
sektor pertanian. Periset mencoba memahami perilaku lebah, termasuk cara
berkomunikasi antarlebah melalui tarian (Dubrovina, 2020; Hasenjager et al.,
2020).
Lebah adalah hewan koloni yang hidup dalam kawanan. Setiap koloni
yang terdiri dari sekitar 10.000 lebah dipimpin oleh lebah ratu, yang dibantu
oleh lebah pekerja dan lebah jantan (drone). Ada pembagian tugas yang jelas.
Lebah ratu dapat menghasilkan 2.000 telur per hari. Umurnya dapat mencapai 3
tahun. Lebah pekerja juga betina tetapi tidak bisa menghasilkan telur. Selama
hidupnya yang hanya 4-10 pekan, lebah pekerja bisa terbang menempuh jarak 1.000
sampai dengan 1.500 meter untuk mencari nektar, air, dan juga serbuk sari.
Lebah jantan tidak punya alat penyengat. Hidupnya pun singkat, hanya sekitar 57
hari. Lebah ini membantu lebah ratu dalam proses reproduksi.
Riset terhadap perilaku lebah telah menginspirasi seorang profesor
biologi dari Cornell University, Thomas Seeley (2011), menulis sebuah buku
dengan judul menarik: “Honeybee
Democracy”. Berdasar
hasil riset bertahun-tahun, Seeley memaparkan bagaimana koloni lebah hidup
dalam kesehariannya. Demokrasi yang dijalankan dalam kawanan lebah dapat
menjadi inspirasi.
Kawanan lebah terlibat dalam banyak proses, termasuk pengumpulan
fakta, perdebatan sengit, dan pembentukan konsensus melalui kuorum. Setiap
anggota koloni lebah paham dengan tugasnya. Bahkan lebah ratu ternyata tidak
menjadi penguasa koloni. Para lebah pekerja menjaga harmoni dalam bekerja tanpa
supervisi.
Salah satu keputusan penting yang diambil oleh koloni lebah adalah
dalam menentukan rumah baru. Cerita ini menghidupkan kembali ingatan saya
tentang adopsi pendekatan serupa yang digunakan oleh sebuah perusahaan keluarga
di Brazil (Semles, 2001). Mereka melibatkan karyawan dalam mengambil beberapa
keputusan, termasuk menentukan lokasi pabrik baru.
Mari kembali ke soal lebah. Seeley (2011) memberikan daftar
pelajaran yang bisa manusia ambil dari lebah. Pertama, dalam pengambilan
keputusan, buat tim dari individu yang mempunyai kesamaan kepentingan dan
saling menghargai. Kedua, minimalkan pengaruh pimpinan dalam pemikiran
tim. Intervensi pimpinan harus seminimal mungkin, sehingga keputusan yang
diambil menjadi semakin obyektif.
Ketiga, cari beragam solusi dari sebuah masalah. Caranya? Buat tim cukup
besar sesuai dengan beban, pastikan anggota tim berasal dari beragam latar
belakang dan perspektif, dukung eksplorasi mandiri setiap anggota tim, dan buat
iklim yang nyaman bagi setiap anggota tim untuk menyampaikan idenya.
Pelajaran ini mengingatkan saya kepada sebuah buku lain yang
ditulis oleh Surowiecki (2005) yang berjudul “The Wisdom of The Crowds”. Variasi perspektif dan kemandirian setiap anggota tim penting
untuk menjadikan bahwa pemikiran kolektif lebih berkualitas dibandingkan dengan
pemikiran individual. Dalam bahasa yang lebih sederhana, banyak kepala lebih
baik dibandingkan satu kepala hanya valid jika syarat tersebut terpenuhi.
Keempat, agregasikan pengetahuan tim melalui debat yang sehat. Caranya? Ciptakan iklim kompetisi ide
terbuka dan adil untuk mengintegrasikan informasi yang terserah, dorong komunikasi
yang baik antar tim, dan hargai
pendapat tim lain dengan cara saling mendengarkan secara kritis.
Poin ini membawa saya ke titik lampau yang terekam dalam buku lain
tentang seni mendengar sebagai salah satu kecakapan halus (sofksill)
yang harus dipelajari (Klaus, 2007). Mendengar bukan sekedar aktivitas yang
kita lakukan ketika menunggu giliran bicara.
Kelima, gunakan respons kuorum untuk mencapai kohesi, menjamin akurasi,
dan menjaga kecepatan dalam pengambil keputusan.
Apa yang dilakukan oleh lebah ini untuk mengambil konsensus secara
optimal juga menginspirasi algoritma optimasi (Yuce et al., 2013; Karaboga
& Akay, 2009). Ini merupakan salah satu algoritma yang dikembangkan
kecerdasan kawanan (swarm intelligence). Lebah saja sudah memberikan banyak
inspirasi? Apakah kita sudah?
Referensi:
Butler, C. (1942). The honeybee. Nature, 150, 759–760. Tersedia
daring: https://www.nature.com/articles/150759a0
Dubrovina, E. (2020). Dance of the honeybee. Nature Physics, 16,
240.
Hasenjager, M. J., Hoppitt, W., & Leadbeater, E. (2020).
Network-based diffusion analysis reveals context-specific dominance of dance
communication in foraging honeybees. Nature communications, 11(1), 625.
Karaboga, D., & Akay, B. (2009). A survey: algorithms
simulating bee swarm intelligence. Artificial intelligence review, 31, 61-85.
Klaus, P. (2007). The hard truth about soft skills: Workplace
lessons smart people wish they'd learned sooner. Collins.
Nikhat, S., & Fazil, M. (2022). History, phytochemistry,
experimental pharmacology and clinical uses of honey: A comprehensive review
with special reference to Unani medicine. Journal of Ethnopharmacology, 282,
114614.
Seeley, T. D. (2011). Honeybee democracy. Princeton University
Press.
Semler, R. (2001). Maverick!: The success story behind the world's
most unusual workplace. Random House.
Surowiecki, J. (2005). The wisdom of crowds. Anchor.
Talebi, M., Talebi, M., Farkhondeh, T., & Samarghandian, S.
(2020). Molecular mechanism-based therapeutic properties of honey. Biomedicine
& Pharmacotherapy, 130, 110590.
Yuce, B., Packianather, M. S., Mastrocinque, E., Pham, D. T., &
Lambiase, A. (2013). Honey bees inspired optimization method: the bees
algorithm. Insects, 4(4), 646-662.
Yogyakarta, 26 Mei 2023
0 Comments:
Posting Komentar