Blog ini berisi tulisan orang lain. Sengaja saya kumpulkan disini agar bisa dibaca lagi di lain waktu, oleh saya dan oleh kita semua.
WHAT'S NEW?
Loading...

KEAJAIBAN DOA PENJUAL TEMPE



 

Di sebuah desa tinggallah seorang perempuan penjual tempe. Tak ada pekerjaan lain yang dapat dia lakukan untuk penyambung hidup. Meski demikian, nyaris tak pernah lahir keluhan dari bibirnya.

 

Ia jalani hidup dengan riang. "Jika tempe ini yang nanti mengantarku ke surga, mengapa aku harus menyesalinya?" Demikian dia selalu memaknai hidupnya.

 

Suatu pagi dia berkemas. Dia berjalan ke dapur mengambil keranjang bambu tempat tempe. Diambilnya tempe yang dia letakkan di atas meja panjang. Tapi, deg...dadanya gemuruh. Tempe yang akan dijual ternyata belum jadi. Masih berupa kacang kedelai, bahkan sebagian masih berderai, belum disatukan ikatan-ikatan putih kapas dari peragian. Tempe itu masih harus menunggu sehari lagi untuk siap dijual.

 

Tubuhnya lemas dan bergumam: bagaimana hari ini bisa mendapatkan uang untuk makan dan modal membeli kacang kedelai lagi?

 

Di tengah kondisi tersebut, terbersit harapan di dadanya. Dia tahu, jika meminta kepada Sang Pencpta pasti tak akan ada yg mustahil. Maka, ditengadahkan kepala, dia angkat tangan, dia baca doa: "Ya Allah Engkau tahu persolanku. Aku tahu Engkau pasti menyayangi hamba-Mu yang hina ini. Bantulah aku ya Allah, jadikanlah kedelai ini menjadi tempe. Hanya kepada-Mu kuserahkan nasibku".

 

Dalam hati dia yakin, Sang Pencipta akan mengabulkan doanya. Dengan tenang, dia tekan dan mampatkan daun pembungkus tempe. Dia rasakan hangat yg menjalari daun itu. Proses peragian memang masih berlangsung.

 

Dadanya bergemuruh...dan pelan dia buka daun pembungkus tempe. Dan... dia kecewa. Tempe itu masih belum juga berubah, belum menyatu oleh kapas-kapas ragi putih. Tapi, dengan memaksa senyum, dia berdiri. Dia yakin Sang Pencipta pasti sedang "memproses" doanya. Dan tempe itu pasti akan jadi. Dia yakin Sang Pencipta akan menolong hamba Nya yang setia beribadah.

 

Sambil meletakkan semua tempe setengah jadi itu ke dalam keranjang, dia berdoa lagi: "Ya Allah, aku tahu tak pernah ada yg mustahil bagi-Mu. Engkau Maha Tahu, bahwa tak ada yang bisa aku lakukan selain berjualan tempe. Karena itu ya Allah, jadikanlah...! Bantulah aku, kabulkan doaku...".

 

Sebelum mengunci pintu dan berjalan menuju pasar, dia buka lagi daun pembungkus tempe. Pasti telah jadi sekarang, batinnya. Dengan berdebar, dia intip dari daun itu, dan... belum jadi. Kacang kedelai itu belum sepenuhnya memutih. Tak ada perubahan apa pun atas ragian kacang kedelai tersebut. "Keajaiban Allah akan datang... pasti..", yakin-nya. Dia pun berjalan ke pasar.

 

Di sepanjang perjalanan itu, dia yakin "tangan" Allah tengah bekerja untuk mematangkan proses peragian atas tempenya. Berkali-kali dia memanjatkan doa... Berkali-kali dia yakinkan diri, Sang Pencipta pasti mengabulkan doanya.

 

Sampai di pasar, di tempat dia biasa berjualan, dia letakkan keranjang itu. "Pasti sekarang telah jadi tempe", batinnya.

 

Dengan berdebar, dia buka daun pembungkus tempe itu, pelan-pelan. Dan... dia terlonjak, tempe itu masih tak ada perubahan. Masih sama seperti ketika pertama kali dia buka di dapur tadi.

 

• Air mata pun menitiki keriput pipinya.

• Kenapa doaku tidak dikabulkan?

• Kenapa tempe ini tidak jadi...?

• Apakah Allah tak mau menolongku?

• Apa salahku?

Demikian batinnya berkecamuk.

 

Dengan lemas, dia gelar tempe setengah jadi itu diatas plastik yang telah dia sediakan. Tangannya lemas, tak ada keyakinan akan ada yang mau membeli tempenya itu. Dan dia tiba-tiba merasa lapar, merasa sendirian... "Allah telah meninggalkan aku..", batinnya.

 

Air matanya kian menitik... terbayang esok dia tak dapat berjualan... Esok dia pun tak akan dapat makan. Dilihatnya kesibukan pasar, orang yang lalu lalang, dan teman-teman sesama penjual tempe di sisi kanan dagangannya yang mulai berkemas. Dianggukinya mereka yang pamit, karena tempenya telah laku.

 

Kesedihannya mulai memuncak. Diingatnya, tak pernah dia mengalami kejadian ini. Tak pernah tempenya tak jadi. Tangisnya kian keras. Dia merasa cobaan itu terasa berat...

 

Di tengah kesedihan itu, sebuah tepukan menyinggahi pundaknya. Dia memalingkan wajah, seorang perempuan, paruh baya, tengah tersenyum, memandangnya.

 

"Maaf mbok, apa punya tempe yg setengah jadi...? Capek saya sejak pagi mencari-cari di pasar ini, tak ada yg menjualnya. Simbok punya..?"

 

Penjual tempe itu bengong.. Terkesima... Tiba-tiba wajahnya pucat. Tanpa menjawab si ibu cantik tadi, dia cepat menadahkan tangan. "Ya Allah, saat ini aku tidak ingin tempe itu jadi. Jangan engkau kabulkan doaku yg tadi. Biarkan sajalah tempe itu seperti tadi, jangan jadikan tempe.. Amin".

 

Lalu segera dia mengambil tempenya. Tapi, setengah ragu, dia letakkan lagi, jangan-jangan sekarang sudah jadi tempe...

 

"Bagaimana mbok...? Apa menjual tempe setengah jadi?" tanya perempuan itu lagi.

 

Kepanikan melandanya lagi... "Duh Gusti... bagaimana ini...? Tolonglah ya Allah jangan jadikan tempe ya..?" ucapnya lirih berkali-kali.

 

Dan dengan gemetar, dia buka pelan-pelan daun pembungkus tempe itu. Dan apa yang dia lihat, sahabat...? Di balik daun yang hangat itu, dia lihat tempe yang masih sama. Belum jadi..!!!", pekiknya tanpa sadar.

 

Segera dia angsurkan tempe itu kepada si pembeli. Sembari membungkus, dia pun bertanya kepada si ibu itu. "Kok Ibu aneh ya, mencari tempe yang belum jadi..?".

 

"Oohh..., bukan begitu, mbok. Anak saya yg kuliah S2 di Seoul ingin sekali makan tempe, asli buatan sini. Nah, agar bisa sampai sana belum busuk, saya pun mencari tempe yang belum jadi. Jadi, saat saya bawa besok, sampai sana masih layak dimakan.

 

Oh ya, jadi semuanya berapa, mbok...?"

 

(Sambil agak ragu) “... 50 ribu bu...kalau kemahalan boleh ibu kurangi, karena memang tempenya belum jadi".

 

"Kalau sudah jadi tempe harganya berapa bu?"

 

"Wah kalau sudah jadi ya bisa sampai 200 ribu bu".

 

"Ini bu, 300 ribu, yang 200 ribu tempenya, yang 100 rb ucapan terimakasih saya, sebab kalau ibu tidak ada tempe yang belum jadi, anak saya pasti amat kecewa, gak bisa makan tempe Indonesia".

 

Penjual tempe itu bengong, menangis dan terus berdoa sampai di rumah.

 

*********

 

Saudaraku...

Dalam kehidupan sehari-hari, kita acap berdoa dan "memaksa" Allah untuk memberikan apa yang menurut kita paling cocok untuk kita sesegera mungkin.

 

Dan saat doa kita tidak sesuai harapan, kita merasa doa kita tidak dikabulkan, merasa diabaikan, merasa kecewa dan merasa ditinggalkan oleh Allah.

 

Padahal dibalik itu Allah telah memiliki rencana besar yang terbaik untuk kita. Catat yaa... semua rencana-NYA adalah Selalu SEMPURNA.. Tempe setengah jadi tsb tidak akan pernah dalam waktu singkat segera menjadi tempe. Karena itu janganlah melawan rencana Allah, yang telah Allah tetapkan.

 

Ingat doa itu wajib tetapi hasilnya seturut kehendakNya.

 

Karena tugas kita sebagai manusia sederhana saja yaitu jangan pernah berdoa tanpa ikhtiar dan jangan pernah ikhtiar tanpa berdoa. Hasilnya berserah diri sebab hasil adalah hak Prerogatif Allah. "Sesungguhnya Allah tidak akan membebani manusia melebihi kemampuannya".

 

Semoga selama percaya kepada Allah maka Dia akan memberikan rejeki yang tidak pernah kita duga...

 

Sumber : https://enpeoke.blogspot.com/2022/04/mukjijat-dongane-bakul-tempe-cerkak.html?m=1&fbclid=IwAR2EOoWvMz7eeNZ8kGV-S-LFT-8Bf_db72lGrJQTYfIRenmgmmgCNl-drM8

 


0 Comments:

Posting Komentar