Berdasarkan Almanak Islam yang dikeluarkan oleh PP Persis: IN SYAA ALLAH AKAN TERJADI GERHANA BULAN TOTAL PADA HARI SELASA Tanggal
8 Nopember 2022 M. dan dapat disaksikan di seluruh wilayah Indonesia.
a. Awal Gerhana = 16:09:13 WIB
b. Awal Total = 17:16:39 WIB
c. Pertengahan Gerhana = 17:59:09 WIB
d. Akhir Total = 18:41:39 WIB
e. Akhir Gerhana = 19:49:04 WIB
Sumber: Almanak Islam 1444 H. yang dikeluarkan oleh PP Persatuan
Islam (PERSIS).
KAIFIYAH (TATA CARA) SHALAT GERHANA: Shalat Kusuf (di waktu ada Gerhana Matahari) dan Khusuf (di waktu
ada Gerhana Bulan)
Hal Yang Berkaitan Dengan Terjadinya Gerhana;
Pada waktu terjadinya selain Shalat Gerhana dua raka'at, ada
perintah:
1- Berkhutbah
(seperti khutbah Jum'at, tetapi tidak ada duduk antara dua khutbah, hanya
sekali khutbah) setelah shalat dengan memberi nasihat apa yang perlu di waktu
itu, menerangkan kekuasaan Allah Azza wa Jalla yang Maha Besar, dan
mengingatkan, bahwa gerhana itu terjadinya bukan karena mati atau hidupnya
seseorang, melainkan salah satu dari tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. yang
ditunjukkan kepada kita.
2- Membanyakan
menyebut asma Allah (bertakbir) dengan mengingat kekuasaan-Nya.
3- Berdo'a
meminta sekalian apa yang hendak diminta, dan minta ampun dari dosa.
4- Bershadaqah
5- Memerdekakan
hamba sahaya, kalau ada.
Cara Shalat Gerhana:
Shalat gerhana itu, dua raka'at berjama'ah dengan tidak ada adzan
dan iqomah. Shalatnya seperti Shalat Shubuh, tetapi di tiap-tiap raka'at
ditambah satu ruku', yaitu sesudah bangkit dari ruku' dengan membaca “Sami'allahu
liman hamidah” dan “Rabbanaa walakal hamdu” terus berdiri dan dilanjutkan
membaca al-Fatihah dan Surat lagi, sesudahnya kemudian ruku' lagi, lalu bangkit
dari ruku', lalu sujud lalu duduk lalu sujud, demikianlah selanjutnya pada
raka'at kedua.
Jadi Shalat Gerhana itu dua raka'at dengan
empat ruku' dan empat sujud.
Dalil-dalil Shalat Gerhana
عَنْ
عَائِشَةَ رضي الله عنها أَنَّ الشَّمْسَ خَسَفَتْ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللهِ ﷺ
فَبَعَثَ مُنَادِيًا بِالصَّلاَةُ جَامِعَةٌ، فَتَقَدَّمَ فَصَلَّى أَرْبَعَ
رَكَعَاتٍ فِى رَكْعَتَيْنِ وَأَرْبَعَ سَجَدَاتٍ.
“Dari Aisyah
Radhiyallahu 'anha (berkata): “Bahwasanya Matahari terjadi gerhana pada masa
Rasulullah ﷺ lalu beliau mengutus penyeru mengajak
orang-orang berkumpul untuk shalat, kemudian beliau berdiri shalat empat ruku'
dalam dua raka'at dan empat sujud.” H.R.
al-Bukhari: 1066 & Muslim: 2131≈
عَنْ
عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ: خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِى حَيَاةِ رَسُولِ اللهِ ﷺ
فَخَرَجَ رَسُولُ اللهِ ﷺ إِلَى الْمَسْجِدِ فَقَامَ وَكَبَّرَ وَصَفَّ النَّاسُ
وَرَاءَهُ، فَاقْتَرَأَ رَسُولُ اللهِ ﷺ قِرَاءَةً طَوِيلَةً ثُمَّ كَبَّرَ
فَرَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلاً ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ: « سَمِعَ اللهُ لِمَنْ
حَمِدَهُ، رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ » . ثُمَّ قَامَ فَاقْتَرَأَ قِرَاءَةً
طَوِيلَةً هِىَ أَدْنَى مِنَ الْقِرَاءَةِ الأُولَى ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ
رُكُوعًا طَوِيلاً هُوَ أَدْنَى مِنَ الرُّكُوعِ الأَوَّلِ ثُمَّ قَالَ: « سَمِعَ
اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ». ثُمَّ سَجَدَ ، ثُمَّ فَعَلَ
فِى الرَّكْعَةِ الأُخْرَى مِثْلَ ذَلِكَ حَتَّى اسْتَكْمَلَ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ
وَأَرْبَعَ سَجَدَاتٍ ، وَانْجَلَتِ الشَّمْسُ قَبْلَ أَنْ يَنْصَرِفَ ثُمَّ قَامَ
فَخَطَبَ النَّاسَ فَأَثْنَى عَلَى اللهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ ثُمَّ قَالَ: «
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ
أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهَا فَافْزَعُوا لِلصَّلاَةِ
»
“Dari Aisyah Radhiyallahu 'anha, ia berkata: Pernah terjadi gerhana Matahari pada masa Rasulullah ﷺ, lalu Raslullah ﷺ keluar ke masjid kemudian berdiri dan bertakbir dan orang-orang pun berbaris di belakangnya, lalu beliau membaca dengan bacaan yang panjang kemudian takbir sambil ruku' dengan ruku' yang panjang, kemudian mengangkat kepalanya sambil mengucapkan 'Sami'allahu liman hamidah, rabbanâ lakal hamdu'.
Lalu beliau berdiri lalu membaca dengan bacaan yang panjang tetapi kurang dari bacaan yang pertama, kemudian takbir sambil ruku' dengan ruku' yang panjang tetapi kurang dari ruku' yang pertama, (kemudian mengangkat kepalanya) sambil mengucapkan 'Sami'allahu liman hamidah, rabbanâ lakal hamdu'.
Lalu beliau sujud (dua kali sujud) kemudian beliau melakukan pada raka'at yang selanjutnya seperti itu hingga sempurna dikerjakan empat raka'at dan empat sujud, dan gerhana Matahari pun berakhir sebelum beliau berpaling.
Kemudian beliau berdiri dan berkhutbah memuji dan menyanjung Allah dengan sepantasnya, dan beliau bersabda: “Sesungguhnya Matahari dan Bulan itu dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah, keduanya tidak gerhana dikarenakan kematian dan hidupnya seseorang, maka apabila kalian melihatnya hendaklah bersegera melaksanakan shalat (gerhana).” H.R. al-Bukhari: 5197 & Muslim: 2129.
عَنْ
عَائِشَةَ رضي الله عنها أَنَّ النَّبِىَّ ﷺ جَهَرَ فِى صَلاَةِ الْخُسُوفِ
بِقِرَاءَتِهِ فَصَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فِى رَكْعَتَيْنِ وَأَرْبَعَ سَجَدَاتٍ.
“Dari Aisyah
Radhiyallahu 'anha (ia berkata): “Bahwasanya Nabi ﷺ
mengeraskan bacaannya pada shalat gerhana, beliau shalat empat ruku' dalam dua
raka'at dan empat sujud.” H.R. al-Bukhari: 1065 &
Muslim: 2131.
Anjuran Bershadaqah, Istighfar, Dan Dzikir Pada Kejadian Gerhana,
Dan Keluar Waktu Selesai Shalat Dengan Keadaan Terang
عَنْ
أَسْمَاءَ رضي الله عنها قَالَتْ: لَقَدْ أَمَرَ النَّبِىُّ ﷺ بِالْعَتَاقَةِ فِى
كُسُوفِ الشَّمْسِ.
“Dari Asma'
Radhiyallahu 'anha, ia berkata: “Sungguh Nabi ﷺ
memerintahkan memerdekakan hamba sahaya pada hari terjadi gerhana Matahari.” H.R.
al-Bukhari: 1054.
عَنْ
عَائِشَةَ رضي الله عنها أَنَّ النَّبِىَّ ﷺ قَالَ: « إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ
آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ
لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا
وَتَصَدَّقُوا »
“Dari Aisyah
Radhiyallahu 'anha: Bahwasanya Nabi ﷺ
bersabda: “Sesungguhnya Matahari dan Bulan itu dua tanda dari tanda-tanda
kekuasaan Allah, keduanya tidak terjadi gerhana dikarenakan kematian dan
hidupnya seseorang, maka apabila kalian melihatnya hendaklah berdo'a kepada
Allah SWT., bertakbir, shalat, dan bershadaqah.” Muttafaq
Alaih
عَنْ
أَبِى مُوسَى رضي الله عنه قَالَ: خَسَفَتِ الشَّمْسُ ، فَقَامَ النَّبِىُّ ﷺ
فَزِعًا ، يَخْشَى أَنْ تَكُونَ السَّاعَةُ ، فَأَتَى الْمَسْجِدَ ، فَصَلَّى
بِأَطْوَلِ قِيَامٍ وَرُكُوعٍ وَسُجُودٍ رَأَيْتُهُ قَطُّ يَفْعَلُهُ وَقَالَ «
هَذِهِ الآيَاتُ الَّتِى يُرْسِلُ اللهُ لاَ تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ
لِحَيَاتِهِ ، وَلَكِنْ يُخَوِّفُ اللهُ بِهِ عِبَادَهُ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ
شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ
»
“Dari Abu Musa Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Telah terjadi gerhana Matahari, (di zaman Nabi ﷺ) maka Nabi ﷺ berdiri dengan terkejut, beliau khawatir terjadi kiamat, lalu beliau menuju masjid, kemudian beliau shalat dengan berdiri, ruku', dan sujud yang sangat lama, saya melihat beliau melakukannya, kemudian beliau bersabda:
"Ini adalah
tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang Allah tunjukkan bukan dikarenakan kematian
seseorang dan hidupnya, tetapi Allah pemperingatkan hamba-hamba-Nya dengannya,
maka apabila kalian melihat sesuatu dari itu maka bersegeralah bangun untuk
mengingat-Nya, berdo'a kepada-Nya, dan memohon ampun (dari dosa dan kesalahan)
kepada-Nya.” H.R. al-Bukhari: 1059 & Muslim: 2156.
Wallahu A'lam
0 Comments:
Posting Komentar