Oleh : Ahmad
Sudah banyak ilmuwan yang memperdebatkan tentang kehadiran alam
semesta. Kehadiran alam semesta yang dimaksud seperti dari mana alam semesta
itu ada, kapan alam semesta ada, bagaimana alam semesta tercipta, dan
lain-lain. Para ilmuwan berdebat dengan cara menyampaikan gagasannya.
Salah satu gagasan yang diungkapkan pada abad ke-20 adalah gagasan
ledakan dahsyat. Gagasan ledakan dahsyat mengungkapkan bahwa alam semesta
memiliki ukuran yang tidak terbatas dan alam semesta ada karena terjadinya
ledakan dahsyat.
Namun, bagi para ilmuwan yang berlatar belakang materialis tidak
setuju dengan adanya Sang Pencipta dan masih yakin bahwa alam semesta itu
terdiri dari sekumpulan zat yang konstan, stabil, dan tidak berubah. Para
ilmuwan yang berlatar belakang materialistis ini beranggapan bahwa zat adalah
suatu makhluk yang benar-benar ada dan menolak segala keberadaan
makhluk-makhluk lain, kecuali zat.
Berdasarkan pada gagasan yang menyatakan bahwa alam semesta
mempunyai suatu awal atau bukan dari sesuatu yang tidak ada. Dengan kata lain,
yakin bahwa alam semesta itu ada karena diciptakan dan melalui proses
penciptaan.
Karena keyakinan itu maka secara tidak langsung percaya akan adanya
Sang Pencipta. Secara sederhana konsep “ada dari ketiadaan” merupakan sesuatu
yang tidak bisa dimengerti oleh manusia atau secara sederhana dapat diartikan
seperti manusia tidak dapat memahami sesuatu hal karena belum berkesempatan
untuk memahaminya.
Hadirnya alam semesta dari ketiadaan merupakan salah satu bukti
terbesar diciptakannya alam semesta. Dengan hal ini, akan membantu manusia
mengerti dan memahami makna dari kehidupan.
Meluasnya Alam Semesta
Edwin Hubble adalah seorang astronom berkebangsaan Amerika. Ia
telah menemukan penemuan bersejarah di bidang astronomi. Penemuan itu
diungkapkan pada tahun 1929. Penemuan yang dilakukan Hubble terjadi ketika ia
sedang melihat ujung spektrum dari cahaya bintang-bintang berubah menjadi merah
dengan teleskop raksasa. Karena perubahan warna pada ujung bintang-bintang maka
ia yakin bahwa bintang-bintang itu menjauh dari bumi.
Jauh sebelum penemuan bintang-bintang menjauh dari bumi, Hubble
sudah menemukan penemuan lain yaitu galaksi dan bintang saling menjauh bukan
hanya dari bumi saja. Dari penemuan galaksi dan bintang yang saling menjauh dan
bintang-bintang bergerak menjauh dari bumi dapat disimpulkan bahwa secara tetap
alam semesta bertambah luas.
Perumpamaan yang sesuai agar penemuan ini lebih mudah untuk
dipahami adalah alam semesta diibaratkan seperti permukaan balon yang meledak.
Kemudian, setiap bagian yang ada di permukaan balon saling berpisah yang
diakibatkan karena terjadinya penggelembungan. Perumpamaan ini berlaku untuk
alam semesta yang semakin luas sehingga semua objek di ruang angkasa saling
terpisah.
Bertambah atau berkembangnya luas alam semesta membuktikan bahwa
dalam hal waktu, alam semesta dapat bergerak mundur. Karena terbuktinya alam
semesta bisa bergerak mundur maka dapat diartikan juga bahwa alam semesta
berasal dari “titik tunggal”.
Dari perhitungan yang sudah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
“titik tunggal” merupakan semua zat atau materi yang ada di alam semesta dan
memiliki volume nol dan kerapatan yang
tidak terbatas. Ledakan dahsyat terjadi karena adanya ledakan yang berasal dari
ledakan “titik tunggal” dengan volume nol. Hasil dari ledakan inilah yang
menyebabkan alam semesta terbentuk.
Satuan teoretis yang dipakai untuk tujuan pemaparan adalah volume nol. Dalam ilmu pengetahuan ada yang namanya konsep ketiadaan. Konsep ketiadaan merupakan konsep yang hanya menyatakan suatu titik yang bervolume
nol. Karena adanya konsep ini maka dapat dikatakan bahwa alam semesta lahir
dari konsep ketiadaan.
Secara singkat alam semesta itu diciptakan.
Meluasnya alam semesta menjadi bukti bahwa alam semesta itu
diciptakan dari konsep ketiadaan. Namun, baru pada abad ke-20 ada teori ilmu
pengetahuan alam yang menyatakan bahwa alam semesta itu berkembang atau
bertambah luas.
Teori-teori Pembentukan Alam
Berbagai
penelitian telah dilakukan oleh para ahli yang bertujuan untuk mengetahui
pembentukan alam semesta. Penelitian itu menghasilkan sebuah teori. Para ahli ini juga sudah
menyampaikan pendapatnya dengan teori-teori pembentukan alam semesta. Ada
berbagai macam teori pembentukan alam semesta. Berikut beberapa teori
pembentukan alam semesta.
1. Teori Dentuman Besar (Big Bang Theory)
Ahli yang pertama kali mencetuskan atau menemukan teori ini adalah
Alexandra Friedman pada tahun 1922. Ia merupakan ahli fisika yang berasal dari
Rusia. Isi dari teori yang diungkapkan adalah struktur alam semesta selalu
berubah (dinamis).
Berdasarkan teori dentuman besar (Teori Big Bang), alam semesta
terdiri dari massa yang sangat besar dan massa jenis yang sangat besar juga.
Kemudian, adanya reaksi inti mengakibatkan massa tersebut meledak dan
mengembang sangat cepat hingga menjauhi pusat ledakan. Ledakan dahsyat itu
terjadi sekitar 13,7 miliar tahun yang lalu.
Dalam perkembangannya, teori ini dikembangkan oleh astronom dari
Amerika Serikat yaitu Edwin Hubble. Menurut Hubble, pada awalnya
bintang-bintang itu berkumpul di satu titik massa yang dikenal dengan volume nol. Namun, pada suatu waktu volume nol itu meledak dan
mengembang.
Setelah terjadi ledakan dahsyat di volume nol maka semua
galaksi dan bintang-bintang mengalami pergeseran cahaya bintang-bintang yang
mendekati spektrum merah. Dengan kata lain, pergeseran yang terjadi akibat
ledakan dahsyat mengakibatkan bintang-bintang menjauhi bumi dan perlahan-lahan
saling menjauh satu sama lain.
Namun, teori ini mendapatkan menerima penolakan dari salah satu ahli yaitu Sir Fred
Hoyle. Penolakan terhadap teori ini terjadi pada pertengahan abad ke-20 saat
Hoyle mencetuskan teori keadaan tetap. Hoyle melalui teori keadaan tetap
menyatakan bahwa ukuran alam semesta tidak terbatas dan alam semesta tidak
memiliki batas waktu atau akan ada sepanjang masa.
2. Teori Keadaan Tetap (Steady State Theory)
Fred Hoyle, Thomas Gold, dan Hermann Bondi adalah tiga orang ahli
autofisika yang menemukan teori keadaan tetap. Ketiga orang itu berasal dari
Inggris dan ditemukan pada tahun 1948. Berdasarkan teori keadaan tetap, alam
semesta tidak mempunyai awal dan alam semesta tidak akan berakhir atau akan ada
sepanjang masa.
Jika teori dentuman besar menyatakan bahwa alam semesta itu
bergerak atau selalu berubah (dinamis). Lain halnya dengan teori keadaan tetap
menyatakan bahwa alam semesta itu bersifat tetap atau tidak berubah (statis).
Ketika alam semesta mengembang maka akan ada materi-materi baru
yang muncul. Materi-materi akan muncul dalam jumlah yang sesuai agar alam
semesta dalam keadaan stabil. Setelah materi-materi baru itu muncul maka
galaksi-galaksi baru akan terbentuk dan alam semesta seperti tidak ada
perubahan.
Teori keadaan tetap sangat terkenal pada awal abad ke-20. Namun,
teori ini mendapatkan penolakan dari beberapa ahli kosmolog hingga para ilmuwan
lainnya. Penolakan ini terjadi karena adanya sebuah kebenaran yang berhubungan
dengan teori ledakan atau dentuman dahsyat (teori Big Bang) dan alam semesta
memiliki batasan usia.
Bukan hanya kedua hal itu yang menyebabkan
teori ini mendapatkan penolakan, satu hal ini juga menyebabkan teori ini
mendapatkan penolakan yaitu adanya radiasi gelombang mikrokosmis yang sudah
diperkirakan oleh model yang bermula dari teori Big Bang.
3. Teori Mengembang dan Memampat (The Oscillating Theory)
Teori mengembang dan mengambang dirancang oleh Fred Hoyle. Ia
berasal dari Inggris dan merupakan orang yang ahli dalam bidang astrofisika.
Dalam teori ini, kita harus memahami bahwa galaksi-galaksi baru akan selalu
muncul dan terbentuk untuk menggantikan galaksi-galaksi yang sudah tidak ada.
Isi dari teori mengembang dan memampat adalah ada suatu siklus yang
terjadi di alam semesta. Setiap satu siklus akan mengalami massa ekspansi
(mengembang) dan satu massa kontraksi (memampat).
Setiap satu siklus membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu sekitar
30 miliar tahun. Dalam teori ini, ekspansi tersebut terjadi karena adanya
reaksi inti hidrogen yang pada akhirnya akan membangun unsur-unsur lain yang
lebih kompleks.
Cara kerja teori mengembang dan memampat adalah ketika proses
ekspansi berjalan maka galaksi-galaksi dan bintang-bintang akan terbentuk.
Setelah mengalami ekspansi, kemudian galaksi-galaksi dan bintang-bintang itu
akan memampat yang dibarengi keluarnya cahaya panas yang sangat tinggi.
4. Teori Alam Semesta Kuantum
Pada tahun 1966 teori alam semesta kuantum diciptakan oleh William
Lane Craig. Dalam teori ini, alam semesta dinyatakan sudah ada dari awal dan
akan terus ada sepanjang masa. Teori ini juga menyatakan bahwa alam semesta
tidak memiliki ruang hampa. Dengan kata lain, di dalam alam semesta hanya ada
partikel-partikel subatomik.
5. Teori Berayun
Kelanjutan dari teori dentuman atau ledakan besar adalah teori
berayun. Para ahli mengemukakan bahwa gerak galaksi dan bintang yang saling
menjauh. Setelah menjauh, galaksi dan bintang itu akan menunjukkan gerakan yang
semakin melambat dan berhenti hingga mengkerut akibat gaya gravitasi.
Setelah melambat hingga mengkerut yang akan terjadi selanjutnya
adalah materi-materi itu akan memadat dan meledak. Semua proses yang terjadi
tidak menyebabkan materi-materi rusak atau tercipta, tetapi materi-materi itu
hanya berubah tatanan.
Menurut teori ini, proses perlambatan yang terjadi memunculkan
sebuah hipotesis yang menyatakan bahwa alam semesta ini tidak bertepi dan tidak
ada batasannya.
Kumpulan bintang yang membangun suatu sistem atau tatanan bintang
disebut dengan galaksi. Bintang, meteor, planet, dan benda langit lainnya yang
tersusn secara berkelompok merupakan bagian dari galaksi.
Galaksi tersusun oleh beberapa benda langit, dan benda langit yang
paling banyak menyusun galaksi adalah bintang. Dalam ruang angkasa galaksi
dibagi menjadi beberapa jenis yaitu. Galaksi Bima Sakti, Galaksi Ursa Mayor,
Galaksi Andromeda, dan Galaksi Black Eye.
1. Galaksi Bima Sakti
Dalam bahasa Inggris Galaksi Bima Sakti disebut dengan Milky Way. Istilah ini diambil dari bahasa Yunani “galaxias” dan
bahasa Latin “via lactea” yang artinya adalah susu. Rumah bagi tata surya
adalah galaksi Bima Sakti karena di dalam galaksi Bima Sakti terdapat matahari
dan planet bumi. Bentuk dari galaksi ini ialah spiral dengan diameter sekitar
100.000 tahun cahaya. Tetangga terdekat dari galaksi ini memiliki jarak 150.000
tahun cahaya yang berada di belahan langit selatan dan nama galaksi itu yaitu
galaksi Magellan.
2. Galaksi Ursa Mayor
Jarak galaksi Ursa Mayor dengan galaksi Bima Sakti sekitar
10.000.000 tahun cahaya. Galaksi ini berbentuk elips elips dan memiliki ruang
yang besar. Posisi atau letak dari galaksi ini berada di langit belahan utara
dan galaksi ini sangat bermanfaat bagi nelayan karena bisa memberikan patokan
pada kapal saat berlayar di malam hari. Bintang Dubhe merupakan
bintang yang paling terang di galaksi Ursa Mayor.
3. Galaksi Andromeda
Galaksi Andromeda mempunyai nama lain yaitu Messier 31, M31, atau
NGC 224. Saat malam hari cerah, galaksi ini bisa dilihat dengan mata telanjang
atau tanpa alat bantu untuk melihatnya. Jika dilihat maka galaksi akan tampak
seperti kabut tipis di langit utara. Bentuk dari galaksi ini adalah spiral.
Galaksi ini memiliki isi sekitar 1 triliun bintang yang bergerak mendekati
galaksi Bima Sakti dengan kecepatan 300 km/detik.
4. Galaksi Black Eye
Sebutan atau nama lain dari galaksi Black Eye yaitu putri tidur. Bagi
beberapa astronot, galaksi ini bisa dilihat menggunakan teleskop dengan ukuran
kecil. Ada saluran spektakuler berwarna gelap di dalam galaksi Black Eye.
Saluran itu dapat menghisap debu dari depan inti galaksi.
Bentuk Galaksi
Ada dua kategori besar dalam teori pembentukan galaksi yaitu “top
down” dan “bottom up”. Teori “top down” adalah teori pembentukan galaksi yang
berasal dari benda langit yang memiliki unsur protogalaxy (partikel benda
langit), kemudian benda langit itu berkelompok dan membentuk galaksi. Sedangkan
teori “bottom up” adalah pembentukan galaksi yang terjadi karena sejumlah
bintang saling berdekatan dan menggabungkan diri menjadi satu.
Pada umumnya, bentuk galaksi yang ada di ruang angkasa dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu elips, spiral, dan tidak beraturan.
1. Galaksi Dengan Bentuk Elips
Bentuk dari galaksi elips seperti bundar sampai bola pepat.
Sedangkan struktur galaksi jenis elips jika dilihat bentuknya tidak begitu
jelas. Hal yang terkandung di dalam galaksi jenis elips adalah materi antar
bintang dan anggotanya terdiri dari bintang-bintang tua. Contoh galaksi jenis elips yaitu galaksi M87 (galaksi
raksasa di rasi Virgo) dan galaksi Messiers 5.
2. Galaksi Dengan Bentuk Spiral
Galaksi dengan bentuk spiral adalah jenis galaksi yang paling
sering didengar oleh banyak orang. Keindahan yang ada pada galaksi jenis ini
sangatlah luar biasa. Galaksi tipe spiral mempunyai beberapa bagian yaitu halo (bagian lengan
galaksi) dan bulge (bagian pusat galaksi yang menonjol). Anggota yang dimiliki dari
galaksi spiral hanyalah bintang-bintang muda dan tua.
3. Galaksi Dengan Bentuk Tidak Beraturan
Galaksi dengan bentuk tidak beraturan memiliki banyak materi antar bintang yang terdiri dari gas dan debu. Anggota dari galaksi dengan
bentuk tidak beraturan sama seperti galaksi spiral yang anggotanya berupa
bintang-bintang tua dan muda. Contoh galaksi tidak beraturan yaitu Awan
Magellan Besar Dan Awan Magellan Kecil.
Kesimpulan
Ada banyak teori yang menjelaskan tentang pembentukan alam semesta.
Namun teori pembentukan alam semesta yang sering muncul ada lima yaitu teori
dentuman besar (Big Bang Theory), teori keadaan tetap (Steady State Theory),
teori mengembang dan memampat (The Oscillating Theory), teori alam semesta
kuantum, dan teori berayun.
Di ruang angkasa ada empat jenis galaksi yaitu galaksi Bima Sakti,
galaksi Ursa Mayor, galaksi Andromeda, dan galaksi Black Eye. Sedangkan bentuk
galaksi dibagi menjadi tiga yaitu bentuk spiral, bentuk elips, dan bentuk tidak
beraturan.
Sumber : https://www.gramedia.com/literasi/teori-terbentuknya-alam-semesta/
0 Comments:
Posting Komentar