Orang yang mulia adalah orang yang berusaha menjaga
harga dirinya, ia tetap menjaga rasa malunya, meskipun menghadapi kesulitan
hidup, akan tetapi ia tetap berusaha menyembunyikan kesulitan yang ia hadapi. Ia
bukanlah orang yang suka berkeluh kesah kepada orang lain, apalagi
meminta-minta kepada orang lain. Inilah sifat para sahabat Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam yaitu kaum muhajirin radhiallahu ‘anhum. Allah berfirman,
لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ لا يَسْتَطِيعُونَ
ضَرْبًا فِي الأرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ
تَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ لا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا وَمَا تُنْفِقُوا
مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
“(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan
Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka
mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka
dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara
mendesak. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka
sesungguhnya Allah Maha Mengatahui” (QS Al-Baqoroh : 273)
Ibnu Katsir menyebutkan bahwa ayat ini tentang kaum muhajirin, yang tatkala
berhijrah ke kota Madinah mereka dalam kondisi miskin karena harus meninggalkan
harta yang selama ini mereka kumpulkan di Mekah. Akan tetapi mereka tetap
menjaga harga diri mereka dan tidak meminta-minta kepada masyarakat.
Kultsum bin ‘Amr At-Taghlibi berkata
إِنَّ الْكَرِيْمَ لَيُخْفِي عَنْكَ عُسْرَتَهُ حَتَّى تَرَاهُ غَنِيًّا
وَهُوَ مَجْهُوْدُ
“Orang yang mulia sungguh akan menyembunyikan kesulitannya darimu…. Hingga
engkau mengiranya kaya padahal dia dalam kesulitan”.
وَلِلْبَخِيْلِ عَلَى أَمْوَالِهِ عِلَلُ زُرْقُ الْعُيُوْنِ عَلَيْهَا
أَوْجُهٌ سُوْدُ
“Orang pelit meskipun banyak hartanya akan tetapi pada dirinya banyak
penyakit… (sampai) biru matanya dengan wajah yang hitam…..”.
إِذَا تَكَرَّمْتَ عَنْ بَذْلِ الْقَلِيْلِ وَلَمْ تَقْدِرْ عَلَى سَعَةٍ لَمْ
يَظْهَرِ الْجُوْدُ
“Jika engkau enggan berkorban/menyumbang yang sedikit… sementara engkau
tidak mampu untuk memberikan yang banyak… maka tidak akan nampak kedermawanan”.
بُثَّ النَّوَالَ وَلاَ تَمْنَعُكَ قِلَّتُهُ فَكُلُّ مَا سَدَّ فَقْرًا
فَهُوَ مَحْمُوْدُ
“Tebarkanlah pemberian/sedekah dan jangan engkau terhalang karena
sedikitnya… Semua pemberian yang menutupi kemiskinan maka terpuji…”.
Karenanya Allah memerintahkan kita untuk mencari orang-orang yang seperti
ini, yaitu orang-orang yang dalam kondisi kesulitan akan tetapi tetap berusaha
menjaga harga dirinya dengan tidak meminta-minta kepada orang lain.
Sampai-sampai orang yang tidak mengerti kondisi mereka akan menyangka bahwa
mereka adalah orang-orang kaya. Kalaupun mereka meminta bantuan kepada orang
lain, maka mereka meminta tidak dengan memaksa sehingga harus merendahkan diri
dan memohon belas kasih dan lain sebagainya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“لَيْسَ الْمِسْكِينُ الَّذِي تَرُدُّهُ التَّمْرَةُ وَالتَّمْرَتَانِ،
وَاللُّقْمَةُ وَاللُّقْمَتَانِ، إِنَّمَا الْمِسْكِينُ الْمُتَعَفِّفُ”
“Bukan orang miskin yang hakiki adalah orang yang ditolak oleh sebutir
kurma dan dua butir kurma, dan ditolak oleh sesuap atau dua suap makanan, akan
tetapi miskin (yang sejati/hakiki) adalah yang menjaga harga diri (tidak
meminta-minta)” (HR Al-Bukhari no 4539).
Dalam riwayat yang lain:
لَيْسَ الْمِسْكِيْنُ الَّذِي تَرُدُّهُ الأُكْلَةُ وَالأُكْلَتَانِ وَلَكِنَ
الْمِسْكِيْنَ الَّذِي لَيْسَ لَهُ غِنًى وَيَسْتَحْيِي
“Bukanlah miskin yang ditolak oleh sesuap atau dua suap makanan, akan
tetapi miskin adalah yang tidak berkecukupan dan dia malu”, (HR Al-Bukhari
no 1476).
Dalam riwayat yang lain,
لَيْسَ الْمِسْكِيْنُ الَّذِي يَطُوْفُ عَلَى النَّاسِ تَرُدُّهُ اللُّقْمَةُ
وَاللُّقْمَتَانِ وَالتَّمْرَةُ وَالتَّمْرَتَانِ وَلَكِنَّ الْمِسْكِيْنَ الَّذِي
لاَ يَجِدُ غِنًى يُغْنِيْهِ وَلاَ يُفْطَنُ بِهِ فَيُتَصَدَّقَ عَلَيْهِ وَلاَ
يَقُوْمُ فَيَسْأَلَ النَّاسَ
“Bukanlah miskin yang keliling meminta-minta kepada manusia lalu ia
ditolak dengan sesuap atau dua suap makanan dan sebutir dan dua butir kurma.
Akan tetapi miskin adalah yang tidak mendapatkan kecukupan untuk mencukupinya
dan tidak ada yang mengetahui kondisinya untuk memberi sedekah kepadanya, dan
ia tidak berdiri meminta kepada masyarakat”, (HR Al-Bukhari no 1479).
Orang yang keliling meminta-minta kepada mayarakat, tatkala ia mengetuk
pintu lalu diberikan sebutir atau dua butir korma maka ia tertolak (pergi)
menuju ke pintu yang lain (atau ia tertolak menuju pintu-pintu karena
membutuhkan sesuap atau dua suap makanan), tentunya ia adalah orang yang
miskin. Akan tetapi maksud Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam adalah miskin yang
hakiki, miskin yang sempurna kemiskinannya, miskin yang sangat parah, yang
sesungguhnya, yaitu orang yang kekurangan akan tetapi tidak menampakkan
kekurangannya karena malu untuk menjaga harga dirinya !!!
Karenanya :
·
Jika anda adalah orang yang menghadapi
kesulitan hidup maka janganlah suka berkeluh kesah kepada manusia atau makhluk
yang lain. Berkeluh kesahlah kepada Allah yang Maha Kaya, dan semuanya hanya
dengan perintahnya “Kun” Fayakuun…!!! Sebagaimana perkataan Nabi Ya’qub
‘alaihis salaam tatkala diuji oleh Allah dengan kehilangan dua putranya Nabi
Yusuf dan saudaranya. Maka Nabi Ya’qub ‘alaihis salaam berkata:
إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ
“Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan
kesedihanku”, (QS Yusuf: 86).
·
Jika anda ternyata harus tetap meminta
tolong kepada orang lain, maka janganlah meminta pertolongan dengan memaksa,
apalagi sampai merendahkan dan menghinakan diri…, akan tetapi tetap berusaha
dan berdoa untuk mendapatkan solusi.
·
Jika anda memiliki kelebihan harta maka
selain anda memberikan sumbangan/bantuan kepada orang yang menunjukkan dan
menceritakan kesulitan dan kebutuhannya, akan tetapi jangan lupa agar anda juga
mencari orang-orang miskin yang mulia, yang tidak meminta-minta karena malu dan
menjaga harga diri mereka. Cari tahu kebutuhan-kebutuhan mereka melalui
sahabat-sahabatnya.
·
Jika anda memiliki sedikit keuangan, maka
jangan enggan untuk menyumbang, jangan sampai berkata: “Kalau sudah kaya baru
aku bersedekah…”, atau berkata : “Aku hanya punya sedikit, dan apa manfaatnya sumbangan
sedikit ini, tunggu hingga aku bisa mengumpulkan yang banyak…”. Karena
bagaimanapun nominal sumbangan tentu tetap bermanfaat dan bernilai di sisi
Allah. Meskipun jumlah sumbangan kecil akan tetapi jika banyak yang
melakukannya maka akan sangat bermanfaat bagi saudara-saudara kita yang miskin.
Intinya: Jika anda sedih melihat orang yang meminta-minta…maka ketahuilah
ada saudara-saudara anda yang juga rajin beribadah…kondisnya sangat miskin…akan
tetapi engkau tidak mengetahuinya… atau engkau belum mengetahuinya… cari
tahulah siapa dan dimana dia… ulurkan tanganmu kepadanya… bahagiakan hatinya
dengan hadiah dan pemberianmu…
0 Comments:
Posting Komentar